Semen berasal dari bahasa latin "cementum" artinya perekat / pengikat dan sekarang semen diartikan perekat hidrolis yang dihasilkan dari penggilingan clinker yang kandungan utamanya kalsium silikat dan kalsium sulfat sebagai bahan tambahan. Disebut perekat hidrolis karena senyawa-senyawa yang terkandung di dalam semen tersebut dapat bereaksi dengan air membentuk zat baru yang bersifat perekat terhadap batuan.
Ditinjau dari kadar air umpan maka teknologi pembuatan semen dibagi menjadi 4 proses, yaitu :
Based on feed water content so technology of manufacturing cement, divided into 4 processes are :
Umpan tanur berupa slurry dengan kadar air 25 – 40 %, yang pada umumnya menggunakan “Long Rotary Kiln” dengan perpindahan panas awal terjadi pada rantai atau chain section.
Proses ini boros, karena menggunakan panas sekitar 1500 – 1900 kcal/kg terak, dan biasanya mempunyai suhu exit gas 150 – 250 °C.
Kerugian :
Feed rotary kiln form slurry with water content 25 - 40 % and which generally using Long Rotary Kiln with initial heat transfer in the chain section.
This process is wasteful due to using heat about 1500 – 1900 kcal / kg and usually have exit gas temperature 150 – 250 °C
Disadvantages :
Pada proses ini umpan masuk tanur berupa granular atau pallet (cake) dengan kadar air 15 – 25 % dibuat dengan bantuan filter press. Konsumsi panas pada proses ini 1000 – 1200 kcal / kg terak.
Kerugian :
This process feed enter to the rotary kiln have form granular or cake with moisture content 15 – 25 % and made by filter press. Heat consumption in this process 1000 – 1200 kcal / kg slag.
Disadvantages :
Umpan tanur pada proses ini berupa tepung kering, lalu dengan alat granulator (pelletizer) disemprot dengan air untuk dibentuk menjadi granular dengan kadar air 10 – 12 % dan ukurannya 10 – 12 mm seragam. Konsumsi panas pada umumnya sekitar 1000 kcal / kg terak. Proses ini menggunakan tungku tegak (shaft kiln) atau long rotary kiln, namun kapasitas rata-rata shaft kiln rendah sedangkan jika memakai long rotary kiln maka harus dilengkapi grate preheater dan kapasitasnya bisa lebih tinggi.
Kerugian :
Feed in the rotary kiln has form dry powder then with granulator (pelletizer) is sprayed with water to made in granular with moisture content 10 – 12 % and uniform size 10 – 12 mm . Heat consumption about 1000 kcal / kg slag. This process using shaft kiln or long rotary kiln but low average capacity of shaft kiln while if using long rotary kiln so must be completed with grate preheater and higher capacity than other.
Disadvantages :
Kerugian :
Raw material is milled until moisture content 1% and homogeneous powder of raw material is entered in dry state to get the slag. Slag then is cooled and blanded with gypsum in rasio 96 : 4 then drilled in the finish mill until be a cement.
Disadvantages :
Secara umum proses pembuatan semen dengan proses kering dibagi atas 5 bagian yaitu :
In generally the process of manufacturing cement with dry process is divided on 5 parts such as :
Ditinjau dari kadar air umpan maka teknologi pembuatan semen dibagi menjadi 4 proses, yaitu :
- Proses Basah ( wet process )
- Proses Semi Basah ( semi wet process )
- Proses Semi Kering ( semi dry process )
- Proses Kering ( dry process )
Based on feed water content so technology of manufacturing cement, divided into 4 processes are :
- Wet process
- Semi Wet Process
- Semi Dry Process
- Dry Process"
Umpan tanur berupa slurry dengan kadar air 25 – 40 %, yang pada umumnya menggunakan “Long Rotary Kiln” dengan perpindahan panas awal terjadi pada rantai atau chain section.
Proses ini boros, karena menggunakan panas sekitar 1500 – 1900 kcal/kg terak, dan biasanya mempunyai suhu exit gas 150 – 250 °C.
Kerugian :
- Pemakaian bahan bakar lebih banyak, karena kebutuhan panas selama pembakaran tinggi 1500 – 1900 kcal / kg
- Tanur putar yang digunakan ukurannya lebih panjang dibandingkan tanur putar pada proses kering
- Memerlukan air proses dalam jumlah banyak
- Pencampuran dari komposisi slurry lebih mudah karena berupa luluhan
- Kadar alkalis tidak menimbulkan gangguan penyempitan dalam saluran preheater atau pipa
- Debu yang dihasilkan relatif sedikit
- Deposit yang tidak homogen tidak berpengaruh karena mudah mencampur dan mengoreksinya
Feed rotary kiln form slurry with water content 25 - 40 % and which generally using Long Rotary Kiln with initial heat transfer in the chain section.
This process is wasteful due to using heat about 1500 – 1900 kcal / kg and usually have exit gas temperature 150 – 250 °C
Disadvantages :
- Wasteful of fuel due to heat necessity along combustion is high about 1500 – 1900 kcal / kg
- Rotary kiln which is used have longer measure if compared with dry process
- Require large amounts of water process
- Mixing of slurry composition easier than other due to melt form
- Alkaline level not reason constriction in the preheater pipeline
- Little dust
- Inhomogeneous deposite is unaffected due to easy blending and correcting"
Pada proses ini umpan masuk tanur berupa granular atau pallet (cake) dengan kadar air 15 – 25 % dibuat dengan bantuan filter press. Konsumsi panas pada proses ini 1000 – 1200 kcal / kg terak.
Kerugian :
- Tanur yang digunakan lebih panjang
- Membutuhkan filter
- Umpan lebih homogen
- Debu relatif lebih sedikit
This process feed enter to the rotary kiln have form granular or cake with moisture content 15 – 25 % and made by filter press. Heat consumption in this process 1000 – 1200 kcal / kg slag.
Disadvantages :
- Using long rotary kiln
- Requires a filter
- Homogeneous feed
- Little dust"
Umpan tanur pada proses ini berupa tepung kering, lalu dengan alat granulator (pelletizer) disemprot dengan air untuk dibentuk menjadi granular dengan kadar air 10 – 12 % dan ukurannya 10 – 12 mm seragam. Konsumsi panas pada umumnya sekitar 1000 kcal / kg terak. Proses ini menggunakan tungku tegak (shaft kiln) atau long rotary kiln, namun kapasitas rata-rata shaft kiln rendah sedangkan jika memakai long rotary kiln maka harus dilengkapi grate preheater dan kapasitasnya bisa lebih tinggi.
Kerugian :
- Menghasilkan debu
- Membutuhkan filter
- Tanur yang digunakan lebih pendek
- Diperoleh terak yang uniform
Feed in the rotary kiln has form dry powder then with granulator (pelletizer) is sprayed with water to made in granular with moisture content 10 – 12 % and uniform size 10 – 12 mm . Heat consumption about 1000 kcal / kg slag. This process using shaft kiln or long rotary kiln but low average capacity of shaft kiln while if using long rotary kiln so must be completed with grate preheater and higher capacity than other.
Disadvantages :
- Producing dust
- Requires a filter
- Shorter rotary kiln
- Uniform slag"
Kerugian :
- Kadar air sangat mengganggu operasi karena material lengket
- Impuritas alkali menyebabkan penyempitan pada saluran
- Campuran kurang homogen
- Banyak debu yang dihasilkan sehingga dibutuhkan alat penangkap debu
- Rotary kiln yang digunakan relative pendek
- Heat comsumption rendah yaitu sekitar 800 – 1000 kcal / kg terak sehingga bahan bakar yang digunakan lebih sedikit
- Kapasitas produksi besar
- Biaya operasi rendah
Raw material is milled until moisture content 1% and homogeneous powder of raw material is entered in dry state to get the slag. Slag then is cooled and blanded with gypsum in rasio 96 : 4 then drilled in the finish mill until be a cement.
Disadvantages :
- Water content is very disturbing operation due to sticky material
- Alkaline impurities causing constriction in the channel
- Less homogeneous mixture
- Large dust so that needed dust catcher
- Short rotary kiln
- Low heat consumption about 800 – 1000 kcal / kg slag so that low fuel
- Large production capacity
- Low operation cost"
Secara umum proses pembuatan semen dengan proses kering dibagi atas 5 bagian yaitu :
- Penyediaan Bahan Baku
- Pengolahan Bahan
- Pembakaran dan Pendinginan
- Penggilingan Semen
- Pengisian dan Pengantongan Semen
- Tahap I : Unit Crusher
- Tahap II : Unit Raw Mill
- Tahap III : Unit Kiln and Coal Mill
- Tahap IV : Unit Finishing Mill
- Tahap V : Unit Packer
In generally the process of manufacturing cement with dry process is divided on 5 parts such as :
- Preparation of raw material
- Processing of material
- Combusting and cooling
- Drilling cement
- Filling and packing cement"
1. Penyediaan Bahan Baku
* Bahan Utama
* Bahan Utama
a. Batu kapur / Gamping / Limestone ( CaCO3 )
Batu kapur dalam keadaan murni berupa bahan CaCO3 yang mengandung calsite dan aragonite.
Sifat kimia batu kapur yaitu dapat mengalami
kalsinasi. Batu kapur ini yg menjadi bahan dasar dari semen dan sangat menentukan kualitas semen karena yg sangat menentukan adalah kualitas Calsium (Ca).
Reaksi :
b. Tanah Liat / Clay ( Al2O3.2SiO2.xH2O
)Reaksi :
Tanah liat terbentuk
dari beberapa senyawa kimia antara lain : alkali silikat dan beberapa jenis mika.
Sifat kimia tanah liat yaitu dapat mengalami
pelepasan air hidrat bila dipanaskan pada suhu 500°C.Dari bahan baku ini yg menentukan adalah Silica (Si).
Reaksi :
* Bahan Tambahan
a. Pasir Besi / Copper Slag
Sebagai pengganti pasir
besi karena mempunyai kandungan besi yang tinggi sehingga
menyebabkan material ini mempunyai densitas yang tinggi.
Sifat kimia copper slag yaitu dapat bereaksi
dengan Al2O3 dan CaO membentuk calsium alumina ferrit.
Reaksi :
Reaksi :
b. Pasir
Silika (SiO2 )
Sebagai pembawa
oksida silika (SiO2)
dan juga
mengandung oksida aluminium dan oksida besi.
Sifat kimia pasir silica yaitu dapat bereaksi dengan
CaO membentuk garam kalsium silikat.
Reaksi :
Reaksi :
c. Gypsum
Gypsum adalah bahan sedimen CaSO4 yang mengandung 2 molekul hidrat yang berfungsi sebagai penghambat proses
pengeringan pada semen dan membuat semen lama menggumpal. Sifat kimia
gypsum yaitu dapat mengalami pelepasan air hidrat.
Reaksi :
* Persiapan dan Pengolahan Batu Bara, batu bara yang digunakan utk bahan bakar dihaluskan dan dipisahkan dari logam
* Persiapan Umpan Kiln, umpan kiln dimasukkan ke silo utk proses umpan kering
* Proses Pembuatan Terak, umpan kering masuk ke preheater shg air dan hidrat teruapkan kemudian masuk ke rotary kiln
* Pendinginan Terak, terak dari rotary kiln didinginkan mendadak di grate cooler dg tujuan :
> Agar terak menjadi amorf dan rapuh sehingga mudah digiling
> Agar lebih tahan terhadap sulfat
> Untuk mencegah terbentuknya kristal MgO
4. Penggilingan Semen
5. Pengisian dan Pengantongan Semen
Reaksi :
2. Pengolahan Bahan Baku
Pada tahap ini bahan baku utama dan tambahan dicampur pada komposisi tertentu agar bisa jadi umpan kiln.
3. Pembakaran dan pendinginan
Ada 4 tahap dalam proses ini :* Persiapan dan Pengolahan Batu Bara, batu bara yang digunakan utk bahan bakar dihaluskan dan dipisahkan dari logam
* Persiapan Umpan Kiln, umpan kiln dimasukkan ke silo utk proses umpan kering
* Proses Pembuatan Terak, umpan kering masuk ke preheater shg air dan hidrat teruapkan kemudian masuk ke rotary kiln
* Pendinginan Terak, terak dari rotary kiln didinginkan mendadak di grate cooler dg tujuan :
> Agar terak menjadi amorf dan rapuh sehingga mudah digiling
> Agar lebih tahan terhadap sulfat
> Untuk mencegah terbentuknya kristal MgO
4. Penggilingan Semen
5. Pengisian dan Pengantongan Semen
Referensi : Laporan Kerja Praktek Semen Gresik Jurusan Teknik Kimia ITS dengan bahasa yg disederhanakan dan kata yg diringkas
ARTIKEL TERKAIT :
1. Proses Pengolahan Batu Kapur / Gamping
2. Proses Pembuatan Semen (Cement Manufacturing)
3. Proses Pembuatan Pupuk Phonska / NPK
ARTIKEL TERKAIT :
1. Proses Pengolahan Batu Kapur / Gamping
2. Proses Pembuatan Semen (Cement Manufacturing)
3. Proses Pembuatan Pupuk Phonska / NPK
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »
1 comments:
Kontraktor Medan good,