Proses pembuatan semen yg sering digunakan sekarang
adalah proses kering. Umumnya tahapan pembuatan semen adalah :
- Persiapan Bahan Baku
- Pengolahan Bahan Baku
- Pembakaran, Pendinginan dan Penggilingan
- Pengisian dan Pengantongan Semen
1.
Persiapan Bahan Baku
Bahan baku semen adalah batu kapur, tanah liat, pasir
silica dan pasir besi. Pasir silica dan pasir besi didapat dari supplier lokal
dari pertambangan warga dan dari perusahaan tertentu dan utk pasir besi ada yg
ditambang bersamanan dg penambangan batu kapur dan tanah liat. Batu kapur dan
tanah liat didapat dari menambang di pegunungan, dimana proses menambang (Quarry)
adalah sbb :
- Pembersihan (Clearing) dan Pengupasan Tanah Lapisan Atas (Stripping)
Tanah lapisan atas yg ditumbuhi tanaman dikupas dan
tanaman dipindahkan ke area terlindung shg terlihat agak dalam dan lapisan batu
kapur / tanah liat sudah terlihat menggunakan Buldozer dan Shovel.
- Pengeboran (Drilling)
Melakukan pelubangan di berbagai titik dg bor utk
tempat detonator sampai kedalaman tertentu yg di inginkan dg alat Crawl
Drill dan Compressor.
- Peledakan (Blasting)
Dengan electrical detonation melakukan
peledakan di berbagai titik dalam waktu bersamaan. Bahan detonator adalah :
- Damotin (Dinamit Amonium
Gelatin)
- ANFO (campuran 96% Amonium
Nitrat dan 4% Fuel Oil)
- Pengerukan dan Pengangkutan (Loading dan Dumping)
Batuan yg hancur dilakukan pengerukan dengan unit excavator
dan memasukkannya dalam dump truck utk diangkut ke pabrik dan diolah
2.
Pengolahan Bahan Baku
Pengangkutan bahan baku dari tambang seperti batu
kapur dan tanah liat setiba di pabrik akan dilakukan penghancuran utk
memperkecil ukuran dengan alat Crusher. Crusher yg digunakan bisa
macam-macam seperti Jaw Crusher dan Impact Roller Crusher.
Seluruh bahan baku dimasukkan ke Bin Silo utk penampungan sementara
sebelum masuk ke unit Mill (penggilingan), silo berjumlah 4 buah dan
masing2 di diisi dg batu kapur, tanah liat, pasir besi dan pasir silica. Di bin
silo inilah antara bahan baku hasil Crusher mengalami pre - homogenisasi
shg yg berukuran besar dan kecil menyatu. Bahan baku dari sini dg alat Weight
Feeder yg berfungsi mengatur kecepatan Conveyor masuk ke unit Mill biasanya
Vertical Roller Mill dan Hammer Mill dan di Conveyor inilah ke
empat bahan bersatu yg dinamakan Raw Material utk dilakukan penggilingan
dan pengeringan di Raw Mill. Bahan baku yg keluar dari Raw Mill disebut Raw
Mix / Raw Meal karena sudah menyatu antara semua bahan dan
ditransportasikan ke Blending Silo. Di Blending Silo tjd proses proses
homogenisasi lagi antara bahan tsb.
3.
Pembakaran, Pendinginan dan Penggilingan
Tahap ini dimulai dg diangkutnya Raw Mix ke Pre
Heater yg berfungsi sbg pemanasan awal sebelum masuk ke proses selanjutnya,
panas berasal dari keluaran panas Rotary Kiln. Disini mulai terjadi reaksi
kimia yaitu Pre Calcination yaitu pada suhu ± 500 °C dan proses
kalsinasi disempurnakan di Rotary Kiln yg berlangsung pada suhu ± 1400
°C. Rotary Kiln terbagi dalam beberapa zona seperti :
- Zona Kalsinasi
Zone kalsinasi CaCO3 yang tersisa setelah
melewati preheater dan sebagian CaO yang terurai dari proses kalsinasi didalam
preheater mulai membentuk campuran C12A7 dan sebagian CaO
dan oksida silika terbentuk yaitu C2S. Dinding pada zone ini
dilapisi batu tahan api. Temperatur proses kalsinasi sekitar 600 – 800 0C
dan terjadi pembentukan Kalsium Silikat (2CaO.SiO2 atau C2S)
- Zona Transisi
Pada zone ini proporsi CaO akan semakin besar,
sebaliknya proporsi CaCO3 semakin kecil dan sempurna habis pada
temperatur sekitar 9000C, pada temperatur tersebut proporsi C2S
semakin meningkat sampai temperatur bahan sekitar 12000C sedang
oksida besi mulai mengikat campuran oksida kalsium dan oksida alumina membentuk
campuran C2 (A,F) dengan meningkatnya temperatur maka oksida kalsium
(CaO) bergabung dengan kalsium alumina dan C2 (A,F) masing-masing
membentuk C3A dan C4AF Pembentukan C3A dan C4AF terjadi pada temperatur ±
1000 – 1200 0C
- Zona Pembakaran
- Bagian CaO yang tidak bereaksi dengan oksida-oksida
alumina besi dan silika biasanya dalam bentuk CaO bebas atau free lime, banyaknya
persentase dibatasi dibawah 1%.
- Pada
temperatur tinggi ini sisa unsur CaO mengikat C2S untuk membuat C3S
- Zona Pendinginan
Di daerah ini campuran kalsium alumina ferrit yang
berbentuk cairan bentuk fisisnya berubah mengkristal setelah terjadi pendinginan
di dalam cooler. Temperatur dalam zone ini sekitar 1350 – 800 0C,
sehingga material keluar kiln mempunyai suhu ±800 0C. Dinding zone
ini dilapisi dengan batu tahan api.
Terak yang keluar dari kiln
didinginkan mendadak menjadi 82 0C di Rotary Grate Cooler
yg menggunakan udara sbg pendingin dengan tujuan sebagai berikut :
- Agar terak menjadi amorf dan rapuh sehingga mudah digiling
- Agar lebih tahan terhadap sulfat
- Untuk mencegah terbentuknya kristal MgO
- Untuk menghalangi perubahan C3S menjadi C2S
Setelah itu material di bawa ke Finish Mill
biasanya bertipe Tube Mill utk dijadikan powder lagi dan ditambah bahan
additive seperti Gypsum, Pozzolan dan Trash. Setelah itu material ditampung di
Bin Silo dan siap bernama “semen”.
4.
Pengisian dan pengantongan Semen
Referensi : Laporan Kerja Praktek Semen Gresik Jurusan Teknik
Kimia ITS dengan bahasa yg disederhanakan dan kata yg diringkas
ARTIKEL TERKAIT :
1. Macam - Macam Proses Pembuatan Semen (Cement Manufacturing)
2. Proses Pengolahan Batu Kapur / Gamping
3. Proses Pembuatan Urea (CO(NH2)2)
ARTIKEL TERKAIT :
1. Macam - Macam Proses Pembuatan Semen (Cement Manufacturing)
2. Proses Pengolahan Batu Kapur / Gamping
3. Proses Pembuatan Urea (CO(NH2)2)
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »