I. EXECUTIVE
SUMMARY
Penggunaan koagulan-flokulan di sebagian besar PLTU dari segi kuantitas dan biaya terbilang cukup besar dengan perincian konsumsi koagulan sebesar 51.475 kg (±Rp 3.1 M) dan flokulan sebesar 548 kg (±9.1 juta) untuk pembangkit dengan kapasitas 100-150 MW.
Gambar 1. Pareto Chart Penggunaan Zat Kimia PLTU |
Diperlukan
kajian mendalam untuk mencari penyebab permasalahan tersebut seperti :
- Asesment lapangan dengan pengambilan sampel riil untuk diukur parameter kualtas airnya seperti turbidity, conductivity dan pH
- Percobaan jar test dengan pengambilan sampel sebelum treatment koagulan-flokulan dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan penggunaan, pengaruh penggunaan dan dosis yang ideal untuk mencapai parameter sesuai standar
- Percobaan jar test dilakukan dengan variabel %penurunan dosis sebesar 50-75% dari penggunaan saat ini yaitu koagulan 300 ppm dan flokulan 100 ppm dengan tahapan sebagai berikut :
- Percobaan untuk mengetahui apakah kerja koagulan saja tanpa flokulan bekerja efektif dalam memenuhi standar kualitas air
- Percobaan untuk mengetahui pengaruh koagulan-flokulan terhadap %kenaikan/penurunan parameter kualitas air
- Percobaan scale down kondisi lapangan ke percobaan laboratorium dengan dosis sesuai existing untuk mengetahui seberapa deviasi antara riil dengan percobaan
- Percobaan %penurunan dosis dengan kondisi operasi (waktu tinggal dan putaran pengaduk) dibuat sama dengan lapangan
BACA JUGA: Water Treatment Plant PLTU
Dari hasil jar test didapatkan beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
- Penggunaan koagulan saja tanpa flokulan kurang efektif dalam pengendapan lumpur
- Pengaruh koagulan saja adalah penurunan turbidity namun menaikkan conductivity sedangkan pengaruh flokulan saja adalah tidak berdampak pada turbidity namun menaikkan conductivity
- Performa penggunaan dosis koagulan-flokulan existing dalam penurunan turbidity sangat tinggi (cenderung boros) yaitu 99% (standar umum PLTU umpan air laut cukup 50%)
- Direkomendasikan %penurunan dosis koagulan-flokulan sebesar 50-75% dari existing dengan cara reset stroke pompa
II. PENDAHULUAN
Air umpan Boiler berasal dari air sungai dengan urutan prosesnya
sebagai berikut :
Air sungai ---> river water basin pond ---> sedimen basin (clarifier lamella) ---> rapid filter tank ---> treated water pond ---> service water pond ---> aeration tower pond ---> manganese sand filter ---> activated carbon filter
---> cation exchanger ---> degassing tank---> anion exchanger ---> mixed bed ---> demin tank.
Berikut penjelasan
dari masing-masing peralatan tersebut :
- Air sungai
Sistem pemompaan (3 buah) dari saluran water intake melewati sepanjang perpipaan sampai menuju penampungan
sementara di river water basin pond.
- River Water Basin Pond
Tempat penampungan
sementara air sungai berbentuk persegi panjang (2 buah) dan tidak ada treatment. Level pond dijaga ±2 meter untuk pemenuhan proses di pengolahan air.
Gambar 2. River Water Basin Pon |
- Sedimen Basin (Clarifier Lamella)
Sistem pengendapan
lumpur berbentuk pond dengan sistem inlet upper dan under flow sebelum memasuki lamella
(filter berbentuk sarang tawon berbahan polimer) dan outlet sistem ini menggunakan prinsip overflow melewati kanal U. Di inlet
sedimen basin, terdapat injeksi koagulan, flokulan dan sodium hypochlorite
dalam 1 titik dengan sistem static mixer
pipe (perpipaan dengan sistem baffle
untuk membuat turbulensi aliran). Standar parameter outlet turbidity
<5 NTU dan pH antara 6-9.
Gambar 3. Sedimen Basin |
BACA JUGA: Macam-Macam Penyaring (Screen/Filter)
- Rapid Filter Pond
Sebuah pond (4 buah)
yang dilengkapi pasir untuk menyaring padatan terikut yang masih belum
terndapakan di sedimen basin. Pasir
diletakkan dibawah pond dilengkapi
sebuah cap (semacam topi untuk
pemisahan di outlet antara pasir dan
air).
Gambar 4. Rapid Filter Pon |
- Treated Water Pond
Sebuah pond tertutup sebagai tempat penampungan
sementara air yang siap digunakan untuk proses di water treatment plant (WTP). Standar parameter outlet untuk turbidity
<1 NTU, pH antara 6-9 dan conductivity
<200 μS/cm.
Gambar 5. Treated Water Pond |
- Service Water Pond
Sebuah pond tertutup lanjutan dari sistem treated water pond dan air yang siap
digunakan untuk proses di WTP.
- Aeration Tower Pond
Sebuah pond tertutup yang dilengkapi sistem aeration tower dengan sistem kerja air
dipompa dari atas dan udara dari blower
mengalir melewati bawah sehingga terjadi kontak di sepanjang tower dan gas terlarut terikut
terhembuskan ke lingkungan.
Gambar 6. Aeration Tower Pond |
- Manganese Sand Filter
Sebuah vessel (2 buah beroperasi paralel) yang
dilengkapi padatan/butiran mangan sebagai filter
untuk mengikat kandungan senyawa Fe2+. Standar parameter outlet untuk turbidity <2 NTU dan Fe <20 μg/L.
- Activated Carbon Filter
Sebuah vessel (2 buah beroperasi paralel) yang
dilengkapi dengan padatan karbon aktif/arang untuk mengurangi pencemaran pada
air seperti bau, rasa, warna dan senyawa Cl-. Standar parameter outlet untuk conductivity <200 μS/cm dan Cl- <0.5 mg/L.
Gambar 7. Manganese Sand Filter dan Activated
Carbon Filter |
- Cation Exchanger
Sebuah vessel (2 buah beroperasi paralel) yang
berisi resin kation (Rz-H+) yang difungsikan
untuk terjadinya pertukaran antara ion (+) yang terkandung di air sungai
seperti Ca2+, Mg2+, Na+ dan ion negatif
lainnya. Standar parameter outlet
untuk pH <4 dan Na+ <100 mg/L.
- Degassing Tank
Sistem yang dilengkapi
blower dengan prinsip air mengalir
dari atas tower dan udara dari bawah
sehingga terjadi kontak dan udara terlarut di air terhembuskan ke lingkungan.
Sistem ini untuk mengurangi kandungan gas terlarut seperti CO2 dan O2
yang bisa menyebabkan penurunan pH dan initial
corrosion di sepanjang aliran air menuju boiler.
Gambar 8. Degassing Tank |
- Anion Exchanger
Sebuah vessel (2 buah beroperasi paralel) yang
berisi resin anion (Rz+OH-) yang difungsikan
untuk terjadinya pertukaran antara ion (-) yang terkandung di air sungai
seperti SiO2-, CO32-, SO42-
dan ion positif lainnya. Standar parameter outlet
untuk pH antara 7.5-9, conductivity
<5 μS/cm dan SiO2 <100 μg/L.
Gambar 9. Katian dan Anion Exchanger |
- Mixed Bed Vessel
Sebuah vessel (2 buah beroperasi paralel) yang
berisi resin kation dan anion yang dicampur dalam satu bejana sebagai
penyempurna kerja kation dan anion exchanger. Standar parameter outlet untuk pH antara 6.5-8, conductivity <1 μS/cm,
SiO2 <20 μg/L dan dan Na+ <100 mg/L.
Gambar 10. Mixed Bed Vessel |
- Demin Tank
Sebuah tanki (2 buah)
yang berisi demineralization water
yang siap digunakan untuk proses produksi di boiler.
Setiap inlet/outlet peralatan diukur parameter
kinerja proses dan operasinya. Berikut data pengukuran parameternya :
PERALATAN SISTEM
|
PARAMETER TERUKUR
|
||||||
Turbidity
(NTU)
|
pH
|
Conductivity
(μS/cm)
|
Fe
(μg/l)
|
Cl-
(mg/L)
|
Na+
(mg/L)
|
SiO2-
(μg/l)
|
|
Sedimen basin
|
√
|
√
|
|||||
Rapid filter pond
|
|||||||
Treated water pond
|
√
|
√
|
√
|
||||
Manganese sand filter
|
√
|
√
|
|||||
Activated carbon filter
|
√
|
√
|
|||||
Cation exchanger
|
√
|
√
|
|||||
Anion exchanger
|
√
|
√
|
√
|
||||
Mixed bed vessel
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Sumber
: Laboratorium Kimia (2018)
BACA JUGA : Analisa Sistem Koagulasi-Flokulasi-Sedimentasi di PLTU dengan Jar Test (1 of 2)
III. TUJUAN
Menganalisa
sistem proses dan operasi pre-treatment
water system secara riil di
lapangan dan percobaan jar test
laboratorium untuk memberikan rekomendasi/usulan improvement.
III. RUANG LINGKUP PERCOBAAN
Pada percobaan ini dibatasi beberapa hal
sebagai berikut :
- Koagulan yang dipakai adalah Poly Alumunium Chloride (PAC) dengan kemasan karung @25 kg powder dan Flokulan adalah Polyacrylamide-Anionic (PAM) dalam packing jerigen @25 kg liquid
- Standar dosis yang digunakan sebagai acuan adalah koagulan 300 ppm (dengan standar ukuran 1 tetes pipet = 0.076 g dan untuk mencapai dosis sesuai ketentuan = 4 tetes)
- Standar dosis yang digunakan sebagai acuan adalah flokulan 100 ppm (dengan standar ukuran 1 tetes pipet = 0.0607 g dan untuk mencapai dosis sesuai ketentuan = 1.5 tetes)
- Peralatan jar test dan pendukungnya menggunakan perlengkapan yang telah tersedia di PLTU
III. PROSES PERCOBAAN
Dalam percobaan jar test dilakukan pada tanggal 25-26 April 2018 di laboratorium
kimia PLTU dengan alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut :
- Alat
- Magnetic
plate + stirrer
- Beaker
glass 1000 mL
- Neraca
analytic
- Oven
- pH
meter
-Turbidity
meter
- Conductivity
meter
- Gelas ukur 1000 mL
- Pipet tetes
- Botol sampling
- Bahan
- Air sampel
- Koagulan PAC
- Flokulan PAM
3.1 Prosedur
Kerja Penelitian
3.1.1 Analisa
Proses Riil di Lapangan
Berikut langkah-langkah dalam analisa proses riil di lapangan
- Melakukan studi lapangan dan menentukan titik sampling yang akan diukur parameter kinerja pengolahan airnya
- Mengambil setiap sampel titik sampling yang me-representative-kan hasil kerja peralatan. Letak titik sampling ditentukan sebagai berikut :
- Inlet
air sungai, sebagai data awal kondisi air sungai sebelum dilakukan treatment
- Inlet
sedimen basin (sebelum injeksi koagulan & flokulan), sebagai ukuran untuk
menentukan keefektifan proses di river water basin pond
- Outlet
sedimen basin (sesudah
injeksi koagulan & flokulan), sebagai ukuran untuk menentukan keefektifan
proses sedimen basin (clarifier lamella)
- Outlet
rapid filter, sebagai ukuran untuk menentukan keefektifan proses di rapid filter pond
- Melakukan pengukuran parameter yang diharapkan dapat me-representatif-kan kualitas kerja peralatan seperti :
- Turbidity,
sebagai ukuran tingkat kekeruhan air umpan yang bisa digunakan untuk menentukan
besaran dosis injeksi koagulan dan flokulan
- pH, sebagai
ukuran tingkat keasaman/kebasaan air umpan sebelum dan sesudah penambahan
injeksi yang mempengaruhi proses pengolahan air selanjutnya yaitu di WTP
- Conductivity,
sebagai ukuran banyaknya ion mineral terlarut di air umpan
- Pengukuran dilakukan sebanyak 2x dengan analis yang berbeda sehingga diharapkan data yang didapat mendekati kevalidan
3.1.2 Analisa Percobaan Jar Test di
Laboratorium
Berikut langkah-langkah dalam percobaan jar test di laboratorium :
- Mengambil sampel koagulan dan flokulan
- Mengambil sampel inlet sedimen basin (clarifier lamella) sebelum injeksi koagulan dan flokulan
- Melakukan analisa secara jar test, dengan proses dan operasi sebagai berikut :
- Sampel ditambahkan
koagulan dengan pengadukan cepat yang bertujuan membentuk turbulensi aliran (proses homogenisasi)
dilakukan selama 10-30 detik. Dosis koagulan yang diberikan sesuai standar
penggunaan existing
- Penambahan flokulan
disertai pengadukan lambat yang bertujuan membentuk flok (gumpalan) yang lebih besar. Dosis flokulan yang diberikan
sesuai standar penggunaan existing
- Mengukur parameter kualitas air sebelum dan sesudah dilakukan treatment seperti turbidity, pH dan conductivity
Analisa
data yang dibahas dibawah ini ada 2 yaitu analisa data riil di lapangan dengan tujuan mencari titik akar permasalahan
tahap awal dari pengolahan air dan analisa data dengan jar test yang menggunakan standar pengelolaan sesuai existing (dosis dan pola operasi).
4.1 Analisa
dan Pembahasan Data Riil di Lapangan
Secara
teori proses koagulasi adalah
penambahan koagulan (zat kimia
pembantu pengendapan) dengan prinsip reaksi kimia sedangkan flokulasi adalah penambahan koagulan aid/flokulan dengan prinsip
penambahan berat suspended solid
sehingga mudah terendapkan alami secara gravitasi. Standar normal penempatan
dan kondisi operasi injeksi koagulan-flokulan sebagai berikut :
- Koagulan ditempatkan diawal sebelum masuk ke bak pengendapan dengan kondisi operasi aliran turbulensi dan reaksi kimia sangat cepat (10-30 detik)
- Flokulan ditempatkan sesudah koagulan dengan jarak yang ditentukan berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh reaksi koagulan (normalnya 10-20 m dari titik injeksi koagulan), aliran laminer dan reaksi lambat (10-20 menit)
Gambar 11. Letak Injeksi Koagulan dan Flokulan |
Secara
standar, letak injeksi koagulan-flokulan
di PLTU 110-135 MW ini kurang ideal, karena dikhawatirkan kandungan kimia flokulan bersifat menghambat proses reaksi kimia koagulan.
Rekomendasinya
adalah :
- Merubah
titik injeksi flokulan ke sekat inlet sedimen basin
Titik
injeksi flokulan ditempatkan di sekat
inlet sedimen basin dan dengan sistem sekat yang sudah sesuai standar normal
(beberapa underflow & upperflow)
maka sistem pembentukan floc akan
berlangsung secara optimal.
Sistem
pengoperasian sesuai standar juag harus dilakukan seperti drain sedimen basin secara
periodik dan PLTU sudah melakukan hat tersebut. Berikut letak drain
sedimen basin tersebut :
Gambar 13. Fasilitas Drain Sedimen Basin (Clarifier) di PLTU |
Hasil
pengukuran parameter untuk sampling riil lapangan dihasilkan data sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas
Air Riil
PERALATAN/SISTEM
|
PARAMETER
TERUKUR
|
||
Turbidity
(NTU)
|
pH
|
Conductivity
(μS/cm)
|
|
Inlet
air sungai
|
138
|
7.35
|
77.0
|
143
|
7.25
|
76.2
|
|
Inlet
basin sedimen (sebelum injeksi koagulan & flokulan)
|
87.9
|
7.3
|
75.7
|
85.4
|
7.58
|
76.3
|
|
Outlet
clarifier
|
0.73
|
7.14
|
92.3
|
-
|
7.22
|
91.6
|
|
Outlet
rapid filter
|
0.61
|
7.17
|
89.8
|
-
|
7.18
|
89.8
|
Sumber : Pengukuran di
Laboratorium (2018)
Peralatan/sistem yang
dianalisa adalah tahapan proses pengolahan air dari awal sampai siap digunakan
sebagai umpan WTP. Berikut disajikan grafik untuk menganalisa setiap peralatan/sistem
untuk setiap parameter yang terukur.
Gambar 14. Hasil Pengukuran Turbidity Riil di Lapangan |
Gambar 15. %Penurunan Turbidity Riil di Lapangan |
Dari Gambar 14 dan Gambar
15 bisa diketahui bahwa untuk penurunan nilai turbidity di pre-treatment
water system sudah cukup bagus sampai air siap digunakan di
WTP dan performa sedimen basin sangat
bagus (99.16%) namun kondisi ini perlu dikaji lebih mendalam apa yang
menyebabkan kondisi tersebut. Beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab
adalah penggunaan koagulan-flokulan
yang melebihi standar optimal atau performa dari sedimen basin dalam menangkap partikel lumpur memang sudah sangat
bagus.
Gambar 16. Hasil Pengukuran pH di Pre-Treatment Water System |
Dari Gambar 16 bisa
diketahui bahwa pysical, mechanical
dan chemical treatment di pre-treatment water system existing di
PLTU tidak menyebabkan perubahan secara signifikan parameter pH
walaupun terdapat sedikit penurunan pH karena injeksi koagulan-flokulan sebesar 35%.
Gambar 17. Hasil Pengukuran Conductivity di Pre-Treatment Water System |
Gambar 18. %Kenaikan/Penurunan Conductivity di Pre-Treatment Water System |
Dari
Gambar 17 dan Gambar 18 bisa diketahui bahwa perlakukan semua treatment di pre-treatment water system PLTU menghasilkan conductivity <200 μS/cm
dan masuk dalam range standar. Jika ditinjau dari %penurunan/kenaikan conductivity maka physical treatment akan menurunkan conductivity secara alami namun chemical
treatment menaikkan conductivity
sebesar 21%.
BACA JUGA : Strategic Planning (IFE, EFE, CPM, SWOT, SPACE, BCG, IE, Grand Strategy dan QSPM) by David Fred & David Forest
GAP Analysis Data Riil di Lapangan
GAP Analysis Data Riil di Lapangan
Sesuai analisa data diatas
terdapat poin-poin yang bisa digali lebih mendalam yaitu :
- Performa sedimen basin (clarifier lamella) dalam penurunan turbidity sangat besar yaitu 99% sehingga perlu diselidiki faktor-faktor penyebabnya
- Chemical treatment (injeksi koagulan-flokulan) dalam menaikkan conductivity sebesar 21% apakah dalam kategori yang masih normal memerlukan percobaan jar test
4.2 Analisa
dan Pembahasan Data Jar Test di Laboratorium
Percobaan jar test dilakukan untuk menganalisa
setiap tahapan proses dalam pengolahan air sehingga bisa memberikan data valid
sesuai kondisi existing.
Tabel
3. Hasil Pengukuran Pengaruh Penggunaan Koagulan dan Flokulan
PERLAKUAN
|
PARAMETER TERUKUR
|
|||||
Turbidity (NTU)
|
Conductivity (μS/cm)
|
|||||
Before
|
After
|
%penurunan/
kenaikan
|
Before
|
After
|
%penurunan/
kenaikan
|
|
Penambahan Koagulan Saja
|
53.2
|
45.5
|
-14.5%
|
79.5
|
97.1
|
22.1%
|
Penambahan Flokulan Saja
|
53.1
|
0%
|
97.1
|
22.1%
|
Dari Tabel 3 bisa
diketahui bahwa pengaruh penambahan koagulan
saja adalah menurunkan turbidity dan
menaikkan conductivity sedangkan
pengaruh penambahan flokulan saja
adalah tidak berpengaruh terhadap turbidity
namun menaikkan conductivity.
Kesimpulan dari Tabel 3 adalah :
- Penggunaan koagulan saja dalam pengolahan air di PLTU kurang efektif dan harus terdapat penambahan flokulan
Gambar 19. Variabel Dosis 100% (Sesuai Kondisi Riil Lapangan) |
PERLAKUAN
|
PARAMETER TERUKUR
|
|||||
Turbidity (NTU)
|
Conductivity (μS/cm)
|
|||||
Before
|
After
|
%penurunan/
kenaikan
|
Before
|
After
|
%penurunan/
kenaikan
|
|
Penambahan Koagulan
|
75.4
|
73.1
|
-3.05%
|
70.4
|
83.4
|
18.5%
|
Proses Lanjut + Flokulan
|
73.1
|
12.49
|
-82.9%
|
83.4
|
86.6
|
3.7%
|
Kinerja akhir koagulan+flokulan
|
-83.4%
|
23%
|
(*) : Sampling diambil
dari inlet sedimen basin (sebelum injeksi koagulan & flokulan)
(**) : Dosis injeksi
sesuai existing (100%)
Tabel 5. Hasil Pengukuran Hasil
Jar Test dengan Variabel Dosis 100% (Percobaan Ke-2)
PERLAKUAN
|
PARAMETER TERUKUR
|
|||||
Turbidity (NTU)
|
Conductivity (μS/cm)
|
|||||
Before
|
After
|
%penurunan/
kenaikan
|
Before
|
After
|
%penurunan/
kenaikan
|
|
Penambahan Koagulan & Flokulan
|
58.6
|
5.77
|
-90.2%
|
70.2
|
95.4
|
26.4%
|
Dari Tabel 4 dan Tabel 5
bisa diketahui bahwa proses injeksi koagulan-flokulan
yang dipakai sekarang secara proses jar
test bisa menurunkan turbidity
sebesar 80-90% (riil di lapangan 99%)
sedangkan untuk parameter conductivity
menaikkan sebesar 23-26% (riil di
lapangan 21%). Kesimpulan dari Tabel 4 adalah :
- %Penurunan turbidity dengan dosis yang dipakai sekarang terbilang cukup besar sehingga bisa dilakukan trial penurunan dosis koagulan dan flokulan
Gambar 20. Variabel Dosis 50% dan 75% (Tampak Atas) |
Gambar 21. Variabel Dosis 50% dan 75% (Tampak Samping) |
%
PENURUNAN DOSIS KOAGULAN & FLOKULAN
|
PARAMETER TERUKUR
|
|||||
Turbidity (NTU)
|
Conductivity (μS/cm)
|
|||||
Before
|
After
|
%penurunan/
kenaikan
|
Before
|
After
|
%penurunan/
kenaikan
|
|
100% (300 ppm Koa & 100 ppm Flok)
|
58.6
|
5.77
|
-90.2%
|
70.2
|
95.4
|
36.0%
|
75% (225 ppm Koa & 75 ppm Flok)
|
60.6
|
8.085
|
-86.7%
|
77.5
|
91.9
|
18.6%
|
50% (150 ppm Koa & 50 ppm Flok)
|
60.9
|
12.66
|
-79.2%
|
79.1
|
89.1
|
12.6%
|
Dari Tabel 6 bisa
diketahui bahwa dengan %penurunan dosis koagulan-flokulan
sebesar ±50-75% nilai conductivity
antara ±8-13 NTU (%penurunan ±80-85%) dengan nilai conductivity antara range ±90 μS/cm
(%penurunan ±13-19%). Kesimpulan dari Tabel 6 adalah :
- %Penurunan dosis antara 50-75% bisa digunakan untuk percobaan di lapangan karena dilihat dari %penurunan turbidity masih diatas >50% (standar umum PLTU dengan umpan air laut)
V. KESIMPULAN
DAN REKOMENDASI
5.1 KESIMPULAN
Dari
beberapa analisa data yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
- Performa sedimen basin (clarifier lamella) dalam penurunan turbidity sangat bagus yaitu 99% dan salah satu faktornya adalah tingginya penggunaan dosis koagulan-flokulan
- Dosis koagulan-flokulan yang diharapkan masih mampu digunakan untuk menghasilkan outlet kualitas air sesuai standar adalah %penurunan dosis 50-75% dari yang digunakan saat ini
BACA JUGA: Analisa COD Secara Spectrofotometer
5.2 REKOMENDASI
Dari
hasil studi lapangan dan percobaan di laboratorium, direkomendasikan hal - hal
sebagai berikut :
- Direkomendasikan perubahan letak injeksi flokulan di sekat inlet sedimen basin
- Direkomendasikan untuk dicoba penurunan dosis koagulan-flokulan sebesar 50% dengan cara menurunkan stroke pompa
- Jika penurunan dosis 50% ternyata tidak mampu menghasilkan kualitas air sesuai standar maka dinaikkan menjadi 75% dari dosis sekarang
- Jika antara range tersebut ternyata rekomendasi penurunan dosis diterima, maka secara detail bisa dispesifikkan dengan melakukan jar test kembali pada range antara tersebut (50-75%) agar bisa didapatkan data dosis optimum koagulan-flokulan (dosis optimum adalah penambahan dosis secara bertahap sudah tidak menaikkkan kualitas air secara signifikan)
- Diperlukan data akurat flow setiap aliran di pengolahan air menggunakan portable ultrasonic flowmeter
Silakan Downloading International Proceeding Journal Open Acces di: https://doi.org/10.1088/1757-899X/1096/1/012102
Kutip Artikel ini Sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E (2018). Analisa Proses Pre-Treatment Water System PLTU dengan Perbandingan Data Lapangan dan Jar Test Laboratorium, Best Practice Experience in Power Plant. www.caesarvery.com. Surabaya
Referensi:
[1] Feriyanto, Y.E. (2016). Jar Test Evaluasi Penggunaan Koagulan-Flokulan pada Unit Pembangkitan 2 x 135 MW. Surabaya
[2] Feriyanto, Y.E. (2018). Aplikasi Multicriteria Decision Analysis untuk Pemilihan Proses dan Operasi Koagulasi-Flokulasi Terbaik pada Pre-Treatment Water System di Pembangkit Listrik Tenaga Uap, Laporan Thesis Manajemen Teknologi Industri. ITS-Surabaya
Ingin Konsultasi dengan Tim Expert Website, Silakan Hubungi KLIK
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »