Dikutip dari handbook US Army Corp of Engineer dengan
judul “zebra mussel chemical control
guide” hal 2 sebagai berikut:
Berdasarkan literatur diatas
bisa diketahu bahwa kerang (mussel)
adalah biota laut yang umum hidup di perairan. Kerang masuk dalam kelas Mollusca (hewan lunak) ordo bivalvia dan tidak bisa tumbuh dengan
baik di lingkungan kadar garam (saline)
tinggi tetapi mampu beradaptasi dengan baik pada temperatur air 12 to 32 oC,
pH 6,5 to 8 dan kekeruhan yang cukup tinggi.
Anti biofouling agent adalah agent/substansi yang
bisa mencegah kegagalan/kerusakan yang disebabkan oleh biota hidup. Secara umum
kasus PLTU dihubungkan dengan adanya pertumbuhan biota air disepanjang
perpipaan sehingga membutuhkan special
treatment untuk menghambat pertumbuhan bahkan mematikan biota tersebut.
Sistem yang digunakan bisa berupa mechanical,chemical
atau biological namun fokus
pembahasan ini terbatas pada chemical
system yang sudah diterapkan PLTU.
Antibiofouling agent dibedakan menjadi 2 berdasarkan cara kerjanya sebagai berikut:
1.1 OXIDIZING AGENT
Oxidizing agent adalah
substansi yang digunakan untuk anti
biofouling yang memanfaatkan proses
oksidasi dalam proses kimianya. Dikutip
dari handbook US Army Corp of Engineer
dengan judul “zebra mussel chemical
control guide” hal 4 sebagai berikut:
Dikutip dari handbook US Army Corp of Engineer dengan
judul “zebra mussel chemical control
guide” hal 17-26 sebagai berikut:
Berdasarkan hal tersebut
bisa diketahui bahwa chemical yang
bisa mengalami proses oksidasi dan umum digunakan untuk anti biofouling adalah:
- Chlorine (dalam bentuk gas dengan tabung khusus, dalam bentuk cair adalah NaOCl dan bentuk padat adalah Ca(OCl)2
- Chlor dioxide (ClO2)
Berdasarkan literatur handbook of water treatment Kurita (1999) disebutkan bahwa senyawa chlorine ketika diinjeksikan dan bersentuhan dengan air maka akan membentuk HClO dan ClO- yang bersifat melemahkan perkembangbiakan biota air.
- Chloramine (NH2Cl)
- Ozon (O3)
- Hydrogen piroxide (H2O2)
- Bromine (Br2)
- Potassium hypochlorite (KOCl)
Mengacu terhadap hal
tersebut dan banyak unit menggunakan injeksi chlorine dan memang menurut jurnal tersebut chlorine bisa mematikan dan menghambat penempelan kerang di perpipaan
dan kerang dewasa akan mati pada dosis 1 to 2 ppm selama 2 minggu. Chlorine yang digunakan untuk injeksi di
PLTU pada umumnya yang berfungsi sebagai anti
biofouling adalah oksidasi Cl. Fase senyawa Cl adalah gas namun karena handling sulit karena harus ditempatkan
dalam tabung maka dicarikan alternatif yaitu bentuk cair (NaOCl) dan padatan
Ca(OCl)2.
PLTU umumnya menggunakan
fase cair untuk mendapatkan Cl karena handling
yang mudah dan tidak mudah menguap sehingga aman untuk operator dan lingkungan
secara langsung. NaOCl didapatkan dari proses elektrolisis dengan reaksi sebagai berikut :
Umpan adalah air laut yaitu
NaCl + H2O
Disosiasi reaksi : 2 NaCl ----> 2
Na+ + 2 Cl-
Reaksi di chlropack (electrochlorination plant):
- Katoda (-) : 2 H2O + 2e ---> H2 + 2 OH- (karena Na dalam fase liquid tidak tereduksi dan airnya saja yang mengalami reaksi)
- Anoda (+) : 2 Cl- ---> Cl2 + 2e
Sehingga reaksi akhir : 2
NaCl + 2 H2O ---> 2 NaOCl + 2 H2
Produk NaOCl inilah yang
digunakan sebagai istilah yang dinamakan injeksi chlorin dan saat diinjeksikan NaOCl maka terjadi disosiasi sesuai reaksi: [Sprecher and Getsinger, 2000]
NaOCl (injeksi) + H2O (air pendingin) ---> HOCl +
NaOH
HOCl ---> OCl- + H+
OCl- + H2O + 2e ---> Cl- + 2 OH-
Senyawa Cl- tersebut
yang bersifat oksidatif sehingga bisa menghambat pertumbuhan biota laut
Berdasarkan
jurnal tersebut, injeksi chlorin yang
mempengaruhi kerang karena efek produk chlorine
dan free chlorine sehingga untuk
mengetahui keefektifan antibiofouling
yang berbasis chlorination maka 2
parameter tersebut yang harus terukur. Pernyataan ini juga diperkuat oleh
jurnal Venketesan dan Murthy (2009) berikut kutipannya :
Dosis
pemakaian chlorine adalah 0,5 to 1
ppm (expressed
as Cl2) sehingga apapun jenis zat kimia injeksi chlorine maka kadar tersebut yang
menjadikan tingkat keefektifan anti biofouling
agent.
Berdasarkan
jurnal tersebut, hal-hal yang mempengaruhi tingkat keefektifan injeksi chlorine adalah:
- Konsentrasi chlorine
- Lamanya waktu kontak
- Kualitas air
- Temperatur air
Dosis
tinggi penggunaan chlorine
membutuhkan operasi pada temperatur rendah <10 oC dan kontak
waktu yang lama yang lebih diutamakan. Berdasarkan jurnal Venkatesan dan Murthy
(2009) temperatur berefek pada keefektifan anti
biofouling agent, berikut kutipannya :
Berdasarkan
jurnal tersebut, 100% kematian kerang di cooling
water system terjadi pada peningkatan temperatur dari 31,6 to 37,2 oC
dan kontak selama 6 jam. Penggunaan injeksi chlorine
dijaga residualnya pada 0,2 to 1 ppm dimana dosis tersebut efektif mematikan
kerang pada 15 to 135 hari.
Berdasarkan
jurnal tersebut didapatkan informasi untuk penanganan teknis NaOCl adalah:
- Menjauhkan tangki/jerigen NaOCl jauh dari panas atau cahaya matahari langsung
- Wadah NaOCl yang disarankan adalah polyethylene (PE) dilengkapi venting untuk mengeluarkan oksigen
- Tidak boleh menggunakan wadah yang berbahan stainless steel (SS)
- Jika membutuhkan pelarutan harus menggunakan air demin
- Pompa yang disarankan adalah tipe diafragma
- Fitting disarankan berbahan dari teflon
- Pipa disarankan berbahan dari fiberglass
Berdasarkan
jurnal diatas untuk menonaktifkan sisa chlorin
agar tidak merusak membran RO
digunakan beberapa hal sebagai berikut:
- Activated carbon filter atau MMF
- Sodium sulphite (Na2S2O5)
- Sulphur dioxide (SO2)
- Sodium bisulphite (NaHSO3)
- Sodium sulphite (Na2SO3)
1.1 NON-OXIDIZING AGENT
Non-oxidizing agent adalah substansi yang digunakan untuk anti biofouling yang memanfaatkan sistem selain dengan proses
oksidasi. Dikutip dari handbook US Army
Corp of Engineer dengan judul “zebra
mussel chemical control guide” hal 5-6 sebagai berikut:
Dikutip
dari jurnal “Quaternary Ammonium Biocides : Efficacy in Application” sebagai
berikut:
Berdasarkan jurnal tersebut
diketahui bahwa quaternary ammonium
compound (QAC) adalah agent
non-oxidizing yang efektif dalam mengontrol fouling yang disebabkan Mollusca
(contohnya kerang) untuk sistem peralatan pendingin satu kali lewatan
(contohnya air pendingin condenser
PLTU).
Panjang alkyl yang paling bagus dalam menghambat pertumbuhan mikroba adalah
C12 to C16. Konsentrasi rendah (0,5 to 5 ppm) cocok untuk menghambat
pertumbuhan alga, bakteri dan jamur sedangkan konsentrasi tinggi (10 to 50 ppm)
bisa digunakan untuk menghambat jenis mikroba khusus.
Dikutip dari jurnal “QAC as antimicrobial agents protecting
historical wood and brick” sebagai berikut:
Berdasarkan jurnal tersebut
didapatkan informasi sebagai berikut:
- Dodecyl dimethyl ammonium chloride (DDAC) dengan rumus kimia C22H48ClN berisi campuran asam karboksilat, alcohol dan fungicide sehingga umum disebut quartenary ammonium compound (QAC). Percobaan terhadap kayu dilakukan dengan perlakukan konsentrasi 10, 20 dan 30 %v/v
- Keefektifan QAC ada di konsentrasi 30 %v/v dalam waktu 7 hari sedangkan sampai 28 hari sudah tidak ada efeknya
- QAC mengandung senyawa alcohol yang berfungsi merusak membrane, denaturasi protein biota laut sehingga sel pecah (lisis). Konsentrasi alcohol yang rendah membuat kenyamanan dan meningkatkan aktifitas biocide lain sehingga kadar alcohol harus terkontrol
Berdasarkan Standard EPRI (2001) sebagai berikut:
Kutip Artikel ini sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2018). Anti Biofouling Agent Oxidizing dan Non-Oxidizing, Best Practice Experience in Power Plant. www.caesarvery.com. Surabaya
Referensi:
[1] Feriyanto, Y.E. (2018). Analisa Enjiniring Unit Pembangkitan dalam Evaluasi Biocide. Surabaya
[2] Gerba, C. (2015). Qauternary Ammonium Biocodes : Efficacy in
Application. Journal Applied and Environmental Microbiology, Vol. 81,
pp. 2
[3] Rajkowska, K., Kozirog, A., Otlewska, A., Piotrowska,
M., Krawczyk, N., Brycki, B., Styczynska, A dan Gutarowska, B. (2016). Quaternary
Ammonium Biocides as Antimicrobial Agents Protecting Historical Wood and Brick,
Vol. 63, pp. 153-159
[4] Specher, S., dan Getsinger, K. (2000). Zebra
Mussel Chemical Control Guide. US Army Corps of Engineers. Engineer
Research and Development Center
[5] Venkatesan, R dan Murthy, P.
(2009). Macrofouling Control in Power Plant. www.reserachgate.net
[6] Kurita. (1999). Handbook of Water Treatment. Second Edition. Japan
[7] EPRI. (2001). Condenser Appication and Maintenance Guide
Ingin Konsultasi dengan Tim Expert Website, Silakan Hubungi KLIK
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »