Ciptomulyono (2010) dalam “pidato prngukuhan untuk jabatan guru besar dalam bidang ilmu pengambilan keputusan multikriteria” memaparkan bahwa pengambilan keputusan bukan selalu memilih yang benar tetapi apa yang diperlukan adalah memastikan hasil keputusan dicapai melalui suatu proses yang transparan. Proses ini berupa serangkaian aktivitas yang menganalisis alternatif solusi keputusan, parameter, serta kendala yang ada dan kemudian memilih “terbaik”. Tidak ada pengambilan keputusan yang benar atau salah, karena waktulah yang akan menentukan kebenaran itu. Tetapi yang lebih penting adalah pilihan yang ditetapkan harus dapat memberikan kepuasan bagi pengambil keputusan sesuai dengan tingkat aspirasi yang diinginkan dan percaya pada hasil proses itu.
Tidak ada
pemahaman yang definitif, tetapi dapat dikatakan secara singkat bahwa proses
pengambilan keputusan adalah proses pemilihan alternatif tindakan yang dipilih
dengan proses melalui mekanisme tertentu dalam suatu keterbatasan sumber daya
dengan harapan memperoleh solusi keputusan yang terbaik.
Suatu
pengambilan keputusan bisa rasional, non-rasional atau irrasional. Keputusan rasional
bilamana dasar pengambilan keputusan tersebut didasari pendekatan dan dianalisis
secara ilmiah. Dalam konteks pengambilan keputusan yang rasional, model keputusan dikonstruksikan sebagai suatu representasi hubungan-hubungan logis
yang mendasari permasalahan keputusan itu kedalam suatu model matematika.
Pengambilan
keputusan non-rasional didasarkan
hanya pada intuisi, perasaan dan
emosinya serta pengalaman pengambil keputusan saat melakukan proses keputusan,
tanpa memanfaatkan hasil analisis ilmiah. Sehingga acap kali sulit menjelaskan
mengapa mereka membuat keputusan seperti itu. Permasalahannya, pengambilan
keputusan menjadi sesuatu yang formal dalam organisasi karena keputusan
tersebut harus dipertanggung-jawabkan.
Bagi pengambil
keputusan yang rasional, mereka
menerapkan suatu prosedur sistematis dan scientific
dalam mengambil keputusan (Turban et al., 2005). Prosedur itu mengikuti tahapan
sebagai berikut: (i) melakukan
identifikasi situasi keputusan yang terkait dengan masalah yang akan
diselesaikan, (ii) membuat
klarifikasi tujuan yang diinginkan oleh pengambil keputusan, (iii) membangkitkan berbagai alternatif
untuk mencapai tujuan yang diinginkan, (iv)
mendapatkan solusi yang tepat dari model dan melakukan evaluasi berdasarkan
kriteria penilaian yang ditetapkan, (v)
memilih dan merekomendasikan impelemntasi alternatif solusi keputusan kedalam
problem nyata.
Penggambaran
proses pengambilan keputusan rasional
menurut model Simon (Turban et al., 2005) dalam alur pikir seperti ditampilkan
dalam Gambar 1 yang terdiri dari tiga tahapan utama.
- Fase Intelligence: pengambil keputusan melakukan proses identifikasi atas semua lingkup masalah yang harus diselesaikan. Tahap ini pengambilan keputusan harus memahami realitas dan mendefinisikan masalah dengan menguji data yang diperoleh.
- Fase Design: melakukan pemodelan problem yang didefinisikan dengan terlebih dahulu menguraikan elemen keputusan, alternatif variabel keputusan, kriteria evaluasi yang dipilih. Perlu dipaparkan asumsi yang menyederhanakan realitas dan diformulasikan semua hubungan elemennya. Model kemudian divalidasi serta berdasarkan kriteria yang ditetapkan untuk melakukan evaluasi terhadap alternatif keputusan yang akan dipilihnya. Penentuan solusi merupakan proses mendesain dan mengembangkan alternatif keputusan, menentukan sejumlah tindakan yang akan diambil sekaligus penetapan konsekuensi atas pilihan dan tindakan yang diambil sesuai dengan problem yang sudah didefinisikan. Pada tahap ini juga menetapkan nilai dan bobot yang diberikan kepada setiap alternatif.
- Fase Pemilihan: merupakan tahapan pemilihan terhadap solusi yang dihasilkan dari model. Bilamana solusi bisa diterima pada fase terakhir ini lalu implementasi solusi keputusan pada dunia nyata.
Gambar 1. Tahapan Proses Pengambilan Keputusan Rasional (Model Simon), sumber : Turban et al. (2005) |
Pengambilan
keputusan sebagai domain bidang keilmuan memiliki aspek ontologi, epistomologi
maupun axiologi memiliki kaidah
pendekatan ilmiah tertentu yang sistematis, spesifik, teratur dan terarah. Dari
ranah paradigma pengambilan keputusan, pendekatan yang banyak dikaji di masa
sekarang adalah pengambilan keputusan rasional
yaitu bentuk pengambilan keputusan yang diperhitungkan secara matematis atau
statistik, ini bukan berarti pengambilan keputusan “non-rasional” tidak penting.
Menyadari bahwa dalam proses pengambilan keputusan
informasi sebagai dasar pembuatan keputusan tidak sempurna, adanya kendala
waktu, biaya serta keterbatasan pengambil keputusan yang rasional untuk mengerti dan memahami masalah, maka keputusan
diarahkan pada konsep keputusan dengan rasional
terbatas (bounded rationality). Rasionalitas terbatas ini berupa proses
penyederhanaan model pengambil keputusan tanpa melibatkan seluruh masalah
(Suryadi dan Ramdhani, 1998). Sehingga model keputusan yang dihasilkan dari
pendekatan ini hanya berupa “satisficing
model”. Salah satu representasi
model dan teknik keputusan yang mendasarkan pada konsep rasional terbatas ini adalah metode pengambil keputusan multikriteria.
Metode MCDA
adalah teknik yang digunakan untuk analisa sistem keputusan yang memiliki
banyak kriteria/variabel. Ciptomulyono (2010)
memaparkan bahwa metode MCDA adalah suatu metode proses pemilihan alternatif
untuk mendapatkan solusi optimal dari beberapa alternatif keputusan dengan
memperhitungkan kriteria atau objektif yang lebih dari satu yang berada dalam
situasi yang bertentangan (conficting). Paradigma
ini berbeda dengan cara pandang tradisional problem
pencarian solusi optimal suatu keputusan. Problem
keputusan yang kompleks dimodelkan hanya sebagai problem sederhana dari model optimasi keputusan berobjektif tunggal,
sehingga terjadi simplikasi realitas problem yang berlebihan dan akhirnya
solusi keputusan gagal mencari solusi permasalahan yang sebenarnya. Artinya
pendekatan model optimasi pendekatan tunggal gagal mengakomodasikan “heterogenitas”, dinamika dan kondisi
kriteria yang mengalami konflik tersebut.
Dalam situasi keputusan objektif
tunggal proses evaluasi mendapatkan solusi optimal dari satu set alternatif
solusi dapat dilakukan dengan relatif mudah, karena solusi keputusan adalah
solusi yang unik ditinjau dari satu objektif saja, artinya keputusan tersebut
tanpa menemui suatu situasi “trade off”
dengan pencapaian objektif lain (Ciptomulyono, 2010). Menurut Hwang dan Yoon
(1981) didalam pidato pengukuhan untuk jabatan guru besar Ciptomulyono (2010) taksonomi keilmuan pengambilan keputusan
multikriteria terbagi menjadi 2
pendekatan yang berbeda yaitu multiple
objective decision making (MODM) dan multiple
attribute decision making (MADM). Masing-masing memiliki karakter, atribut
dan sifat serta aplikasi penyelesaian ragam persoalan keputusan yang berbeda seperti
berikut.
Gambar 2. Perbandingan 2 Tipe MCDM |
Pendekatan MODM berkenaan dengan
penyelesaian model optimasi yang memiliki objektif majemuk dan objektifnya
bersifat saling mengalami konflik. Keberadaan adanya solusi optimal untuk
objektif yang majemuk ini akan menjadi pembeda dengan pendekatan optimasi klasik
objektif tunggal semacam linear
programming. Proses penyelesaian model multiobjektif
ini secara teknis memerlukan informasi mengenai preferensi subjektif dari pengambil keputusan (dalam bentuk
pembobotan) sehingga persoalan pembobotan dan preferensi-nya menjadi peranan kunci dalam pengembangan dan riset penyelesaian. Contoh metode
pendekatan MODM adalah global criteria
method, compromise programming, goal programming dan masih banyak lainnya
(Ciptomulyono, 2010).
Pendekatan
MADM adalah teknik penyelesaian multikriteria
untuk persoalan pemilihan atau seleksi, tidak diperlukan pendekatan program
matematik klasik. Variabel keputusan dipertimbangkan sebagai variabel diskrit yang terbatas. Pendekatan ini
hanya ditujukan sebagai alat bantu keputusan supaya bisa mempelajari dan
memahami problem yang dihadapi, menentukan prioritas, values, objektif melalui eksplorasi komponen keputusan itu sehingga
mempermudah bagi pengambil keputusan nantinya untuk mengidentifikasi mana pilihan
terbaik yang disukai. Karena mendasarkan pada faktor preferensi pengambil keputusan, maka subjektifitas selalu terkait
khususnya dalam pemilihan serta pemberian bobot kriteria yang dipergunakan
dalam proses keputusan, juga judgment
subjektif dalam menurunkan kriteria yang dipertimbangkan dalam proses keputusan
yang jelas. Contoh metode pendekatan MADM adalah AHP, ANP, ELECTREE, PROMTHEE, TOPSIS dan masih banyak lagi lainnya
(Ciptomulyono, 2010). Berikut dipaparkan
beberapa metode MADM yang umum digunakan oleh peneliti dalam pengambilan
keputusan.
Silakan Downloading International Proceeding Journal Open Acces di: https://doi.org/10.1088/1757-899X/1096/1/012102
Kutip Artikel ini Sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2018). Teknik Standar Pengambilan Keputusan Multikriteria (Multicriteris Decision Making-MCDM). www.caesarvery. Surabaya
Referensi:
[1] Feriyanto, Y.E. (2018). Aplikasi Multicriteria Decision Analysis untuk Pemilihan Proses dan Operasi Koagulasi-Flokulasi Terbaik di Pre-treatment Water System PLTU. Thesis Magister Manajemen Teknologi Industri, ITS-Surabaya
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »