Berdasarkan analisa data penelitian yang
menghasilkan potensi penurunan biaya operasional maka diperlukan rancangan
teknis dan biaya untuk mengkaji kelayakan penerapannya pada operasional kondisi
riil di lapangan. Rancangan biaya
tersebut dilakukan terhadap beberapa pilihan alternatif yang diusulkan
menggunakan pendekatan metode AHP dan AHP-TOPSIS.
Keputusan atas pilihan alternatif
terbaik di penelitian ini diharapkan untuk manajemen unit PLTU selain efektif
dari segi teknis juga sisi biaya diharapkan bisa menambah efisiensi. Dalam hal
ini, secara keseluruhan pendekatan analisa ekonomi teknik ditekankan pada
optimasi rancangan biaya yang antara lain melalui tinjauan atas konsep-konsep
sebagai berikut:
- Biaya siklus hidup (life cycle cost)
- Optimasi rancangan yang digerakkan biaya (cost-driven design optimization)
- Metode estimasi biaya (cost estimating method)
- Analisa efektivitas biaya (cost effectiveness analysis)
- Biaya Siklus Hidup (Life Cycle Cost)
Biaya siklus hidup mengandung pengertian
atas penjumlahan semua biaya-biaya baik yang berulang maupun yang tidak
berulang, sehubungan dengan produk, struktur atau sistem selama jangka waktu
hidupnya, Degarmo et al. (1997). Biaya siklus hidup
secara garis besar meliputi komponen biaya pada fase akuisisi dan fase operasi.
Fase akuisisi mengandung komponen biaya, penaksiran kebutuhan, rancangan
konseptual, rancangan terinci, perencanaan produksi dan konstruksi serta pengadaan
fasilitas dan sumber daya. Sedangkan komponen biaya pada fase operasi meliputi:
produksi dan konstruksi, pemanfaatan, operasi dan pemeliharaan serta
pembuangan.
Berdasarkan konsep biaya siklus
hidup tersebut, maka dalam proses perancangan desain sistem atau produk perlu
mempertimbangkan upaya penghematan yang optimal secara tepat. Potensi terbesar
untuk mencapai penghematan biaya siklus hidup adalah secara dini pada fase akuisisi. Dalam hal ini perancangan
teknik dan analisis ekonomis yang efektif merupakan suatu upaya meminimalkan
biaya siklus hidup. Secara garis besar biaya siklus hidup dibagi menjadi 3
kategori (Degarmo et al., 1997):
- Biaya investasi (investment cost)
- Biaya operasi dan pemeliharaan (operation and maintenance cost)
- Biaya pembuangan (disposal cost)
BACA JUGA: Metode AHP dan ANP
Pertimbangan secara konsisten atas
biaya-biaya tersebut serta kaitannya dengan faktor-faktor lain yang
memungkinkan menghasilkan biaya siklus hidup minimum merupakan tujuan utama
dalam hal tahap awal perancangan.
- Optimasi Rancangan yang Digerakkan Biaya (Cost-Driven Design Optimization)
Optimasi rancangan yang digerakkan biaya
adalah model rancangan yang dimaksudkan untuk menggambarkan pentingnya biaya
dalam proses perancangan. Prinsip pokok untuk mengoptimalkan rancangan yang digerakkan
biaya adalah :
- Menentukan nilai optimal untuk variabel rancangan alternatif tertentu
- Memilih alternatif terbaik variabel perancangan
Secara umum terdapat 3 jenis biaya yang
dikembangkan yaitu:
- Biaya tetap
- Biaya yang bervariasi langsung terhadap variabel perancangan
- Biaya yang bervariasi tidak langsung terhadap variabel perancangan
Penentuan biaya-biaya tersebut
dipengaruhi oleh prosedur penentuan rancangan optimal. Pada masalah optimasi
dengan variabel rancangan tunggal, dimana variabel ini disebut sebagai
penggerak biaya primer (primary cost
driver), maka perilakunya akan mempengaruhi perilaku biaya total.
Formulasi model matematis biaya dengan satu
variabel perancangan adalah: (Degarmo, 1997)
Biaya = aX + b/X + k
Keterangan:
a : parameter atas biaya-biaya yang
bervariasi secara langsung
b
: parameter atas biaya-biaya yang
bervariasi secara tidak langsung
k
: parameter yang menyatakan
biaya-biaya tetap
X : variabel perancangan
Langkah pendekatan umum untuk
mengoptimalkan perancangan terhadap biaya meliputi:
- Identifikasi variabel perancangan yang merupakan penggerak biaya primer
- Penyusunan model biaya terhadap bentuk variabel rancangan
- Perhitungan nilai model biaya untuk mendapatkan nilai optimal (minimalisasi biaya dengan perancangan terbaik)
- Metode Estimasi Biaya (Cost Estimating Method)
Estimasi biaya adalah suatu
pandangan yang berdasarkan pada analisa dan kebijakan biaya produksi, sistem,
struktur atau pelayanan (Thuesen et al., 1993). Pada prinsipnya estimasi biaya
disusun berdasarkan pengalaman merupakan basis yang baik untuk prediksi pada
masa yang akan datang. Metode estimasi biaya meliputi beberapa cara sebagai
berikut:
1. Estimasi
dengan Prosedur Engineering
Estimasi
ini dilakukan dengan merinci biaya pada setiap elemen sampai tingkat terendah
secara detail yang kemudian dikombinasikan menjadi total biaya produk. Hal ini
menuntut upaya untuk mendapatkan data yang lengkap dalam suatu pengembangan
sistem atau proyek. Di lain pihak, metode ini relatif sangat sensitif terhadap
terjadinya variasi atau perubahan kondisi yang terjadi pada berlangsungnya
sistem atau produksi.
2. Estimasi
dengan Analogi
Estimasi
ini dilakukan pada kondisi apabila proses produksi memasuki sistem baru,
sementara telah ada sistem lain yang serupa. Kelemahan utama sistem ini adalah
membutuhkan justifikasi yang tinggi
dan kompleks.
BACA JUGA: Analisa Laporan Laba-Rugi Perusahaan
3. Estimasi
Statistik
Estimasi
ini menggunakan teknik range
statistik untuk suatu grafik yang sederhana sampai dengan analisa korelasi yang kompleks. Metode ini dapat
digunakan pada sebagian besar kondisi situasi dan sangat berguna untuk
perencanaan jangka panjang.
Pada
beberapa kasus estimasi biaya,
hubungan antara pengalaman yang lalu dan manfaat pada saat mendatang memiliki
kaitan langsung, namun pada kasus lain kurang jelas terlihat. Dengan demikian
tantangan yang utama adalah memproyeksikan dari sesuatu yang diketahui terhadap
yang tidak diketahui dengan menggunakan pengalaman dari kondisi/item existing. Dalam hal ini, teknologi
yang dipakai untuk estimasi biaya
mencakup range antara intuisi sampai dengan analisa matematis
yang detail.
- Analisa Efektifitas Biaya (Cost-Effectiveness Analysis)
Efektivitas biaya merupakan basis
evaluasi ekonomi pada suatu ruang lingkup sistem yang kompleks. Sebagian besar
filosofi dan metodologi pada pendekatan efektifitas biaya berasal dari analisa
manfaat biaya (benefit cost analysis)
sehingga secara teknis ada beberapa kesamaan diatara kedua metode tersebut.
Namun demikian, Djajadiningrat (1983)
menyatakan bahwa terhadap kondisi dan kontek permasalahan yang sulit untuk
dapat disusun estimasi manfaat/benefit secara terinci (misalnya masalah
peningkatan kualitas lingkungan), maka penggunaan analisa efektifitas biaya
dipandang lebih tepat daripada analisa manfaat-biaya.
Sedangkan menurut Hufscmidt et al.
(1981), konsep efektifitas biaya dapat diaplikasikan dalam 2 cara yaitu:
Efektifitas biaya dapat
menggambarkan efisiensi secara ekonomis untuk mencapai suatu tujuan (peningkatan
kualitas lingkungan) yang telah ditentukan
Dalam hal memberikan suatu besaran
alokasi dana pada perbaikan (kualitas lingkungan untuk publik), maka analisa
efektifitas biaya dapat mengindikasikan target peningkatan maksimum yang bisa
dicapai
Menurut Thuesen et al. (1979), penggunaan analisa
efektifitas biaya terhadap suatu sistem yang kompleks, dibutuhkan 3 hal
yang perlu dipenuhi yaitu:
- Sistem yang akan dievaluasi harus mempunyai tujuan dan sasaran yang jelas
- Adanya alat pembanding untuk mencapai sasaran
- Adanya batasan yang jelas atas ruang lingkup permasalahan
Langkah-langkah dalam pendekatan
evaluasi efektifitas biaya berguna untuk dapat mendefinisikan sistematika
metodologi pada evaluasi sistem yang komplek khususnya dari aspek ekonomis
meliputi: (Thuesen et al., 1979)
- Penentuan tujuan dan sasaran
- Pengembangan konsep sistem pembanding dan rancangan
- Perumusan kriteria sistem evaluasi untuk aspek efektifitas dan aspek biaya
- Pemilihan pendekatan biaya tetap (fixed cost) atau pendekatan efektifitas tetap (fixed effectiveness)
- Mendokumentasikan sasaran, asumsi, metodologi dan kesimpulan dari analisa
Selanjutnya hasil analisa efektifitas biaya pada
beberapa sistem dapat digambarkan dalam hubungan korelatif secara grafis pada kurva dengan sumbu X menyatakan biaya
dan sumbu Y menyatakan efektifitas
Silakan Downloading International Proceeding Journal Open Acces di: https://doi.org/10.1088/1757-899X/1096/1/012102
Referensi :
[1] Feriyanto, YE. (2018). Aplikasi Multicriteria Decision Analysis untuk Pemilihan Proses dan Operasi Terbaik Koagulasi-Flokulasi pada Pre-Treatment Water System di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Magister Manajemen Teknologi ITS Surabaya
[2] Degarmo, E.P et al. (1997). Engineering
Economy, Teenth Edition. New Jersey Prentice Hall, Inc
[3] Thuesen,
G.J., dan W.J, Fabrycky. (1993). Engineering
Economy, Eighth Edition. New Jersey : Prentice Hall International, Inc
[4] Djajadiningrat, Surna T. (1983). The
Economic of Water Pollution Control : A Case Study of Bandung Indonesia. A Dissertion Doctor of Philosophy in
Agricultural and Resources Economics, University of Hawai
[5] Hufschmidt,
M.M., D, James., A, Meister., B.T, Bower., dan J.A Dixon. (1981). Benefit Cost Analysis of Natural System and
Environmental Quality Aspect of Development : A Guideto Application in Developing
Countries. Honolulu, Hawai, East-West Center, East-West Environment and
Policy Institute
[6] Thuesen,
G.J., dan W.J, Fabrycky. (1993). Engineering
Economy, Eighth Edition. New Jersey : Prentice Hall International, Inc
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »