Penulis kali ini akan menceritakan pengalaman jual-beli online yang telah dilakukan sejak Tahun 2015 dan cukup banyak mengetahui perkembangan sistem marketplace di Indonesia. Berdasarkan pengalaman langsung dan analisis terdapat beberapa kelebihan dan kelamahan masing-masing platform maka disini penulis akan memberikan masukan kepada Bukalapak agar tahta yang sudah hilang di Tahun 2020 ini bisa kembali didapatkan.
Penulis disini bertindak sebagai penggemar Bukalapak dan sempat judge bahwa Bukalapak adalah marketplace yang mudah dipahami semua orang, memberikan produk yang lengkap dan menu fitur yang bisa digunakan untuk apa saja sehingga penulis sebagai buyer sangat betah di platform ini. Namun, melangkah kesini tepatnya ketika Bukalapak diguncang dengan PHK massal karyawan dan pergantian pimpinan, sungguh terasa Bukalapak memang dalam kondisi mati suri. Berikut saran penulis agar Bukalapak bisa bertaring kembali.
Bukalapak dalam hal memberikan diskon + gratis ongkir sangat nanggung dan saran penulis sebaiknya meniru Shopee. Di Bukalapak, diskon yang diberikan dulu awal-awalnya cuma Rp100-Rp1000, nominal segini untuk apa dan lebih baik dibuang karena malah mengecewakan buyer karena notabene uang segitu bagi semua orang adalah receh dan jika jatuh di jalanan pun tidak diambil. Seiring waktu berjalan kearah sini, Bukalapak berbenah diri dengan memberikan diskon Rp5000-Rp20.000 kali ini cukup menggiurkan buyer belum lagi program gratis ongkir yang terus-menerus diberikan. Terdapat kelemahan Bukalapak disini dan ini seharusnya menjadikan mereka berbenah yaitu limit waktu yang dibuat sangat pendek dan cenderung program tersebut dikategorikan untuk pembelian barang khusus (pengalaman penulis sebagai buyer, diskon baru muncul hanya bisa digunakan untuk membeli jenis produk dimana ketika kita barusan membeli jenis produk tersebut). Betapa diskon ini hanya untuk isi-isi saja tanpa bisa maksimal digunakan buyer karena tentunya buyer akan membeli jenis produk lain dalam waktu dekat. Analisis penulis, ini hanya sebuah akal-akalan memberikan diskon + gratis ongkir yang targetnya memang jangan digunakan.
Tahukah Bukalapak di Tahun 2019 keatas, produk di platform anda sangat minim. Penulis sebagai buyer sering kecewa melakukan pencarian di Bukalapak karena marketplace lain yaitu di Shopee dan Tokopedia bisa menampilkan banyak, di Bukalapak sama sekali tidak ada dan jika adapun pada lapak yang sudah mati berbulan-bulan. Hal ini menurut analisis penulis adalah karena strategi kebijakan Bukalapak yang salah yaitu barang yang tidak laku dalam sekian bulan akan dinonaktifkan secara paksa. Penulis memprediksi banyak seller lari ketika terdapat kebijakan down system tersebut, padahal seharusnya Bukalapak memandang semua yang ada di platform adalah asset bukan sebagai rintangan atau jika memang dipilah jangan main kasar sembrono gitu tanpa seleksi akal manusia.
BACA JUGA: Bukalapak & Tokopedia, Siapkah Mengembalikan Kejayaan Masa Lalu??
Untuk masalah gratis ongkir yang tidak bisa dinikmati oleh dropshipper adalah keputusan yang salah besar, coba Bukalapak lihat Shopee dimana penjual tipe apa saja bisa merasakan semua program sehingga banyak dropshipper akan memutar transaksi di sana dan menjadi bergeraklah barang dari penjual di Shopee. Di Bukalapak, karena tidak ada prgram yang dinikmati dropshipper, maka ketika ada orderan dari marketplace lain akan mengambil dari Tokopedia, karena Tokopedia cukup baik dari sisi cashback Ovo Points walaupun untuk program gratis ongkir juga sama saja dengan Bukalapak. Lagi-lagi kelemahan Bukalapak + Tokopedia dimanfaatkan oleh Shopee, dimana Tahun 2020 menjadi pemegang tahta marketplace di Indonesia.
Sistem nyeleneh lain yang dilakukan Bukalapak adala sistem perhitungan saldo yang dilepas ke seller salah dan pengetatan reseller yang dilakukan Bukalapak sampai sekarang. Seperti apa itu?? penulis merasakan sekali server Bukalapak sangat berat dan sulit loading dibandingkan platform lain. Dalam hal IT, Bukalapak sangat parah belum juga berbenah. Bukalapak menerapkan banyak akses yang merugikan reseller walaupun pada akhirnya sedikit dibuka kembali (ingatkah Bukalapak pihak yang mem-balance transaksi antar marketplace adalah para reseller sehingga platform menjadi lebih hidup dengan banyak variasi produk).
Disisi lain, penulis sejauh ini sudah 2x di email untuk mengembalikan uang lewat transfer ke rekening Bukalapak karena kesalahan sistem dalam menghitung saldo yang dilepas ke seller. Hai Bukalapak, ini kesalahan seller atau sistem anda?? sebaiknya jangan berbuat demikian karena akan menambah citra buruk anda di mata publik dan sebaiknya berbenah internal agar citra baik terus meningkat. Dari sini semakin menambah keyakinan bahwa sistem IT dan Artificial Intelligence (AI) Bukalapak sangat buruk dan harus berbenah agar bisa bangkit kembali.
Penulis sebagai seller, sering kali menggunakan sistem iklan di Bukalapak dan terus boncos sampai akhirnya Bukalapak hampir tiap hari terus-menerus mengirimi chat otomatis untuk isi saldo iklan. Untuk masalah ini, Bukalapak sebaiknya meniru Tokopedia, terbukti penulis mendapatkan buyer potensial terhadap iklan yang digunakan. Penulis menganalisis bahwa Bukalapak sedang 'cari-cari uang" untuk menutup operasional lewat jualan saldo iklan, sampai seller risih melihat chat otomatis yang tiap hari muncul. Saran penulis, jadilah platform yang macho berwibawa tanpa menjual diri, tunjukkan sistemmu sudah baik dan berguna bagi seller maka mereka semua akan mengapresiasi sistem anda.
Penulis membuat kritik san saran seperti itu karena ingin Bukalapak yang merupakan platform asli Indonesia jangan sampai kalah dengan platform asing lain. Penulis berbuat demikian karena ingin Bukalapak jaya lagi seperti dahulu. Teruslah berbenah Bukalapak, kamu masih bisa merebut tahta kembali di Tahun 2020 ini.
Referensi:
[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkait. www.caesarvery.com
« Prev Post
Next Post »