Neutralizing amine (volatile amine) dan filming amine adalah jenis bahan kimia yang umum digunakan untuk mencegah tube boiler dari korosi [Kurita, 1999]. Volatile amine bekerja dengan cara mengontrol pH sedangkan filming amine dengan cara memberikan lapisan pasifasi agar material tube tidak kontak langsung dengan bahan penyebab korosi yaitu oxygen dan carbon-dioxide.
- Neutralizing Amine (Volatile Amine)
Beberapa contoh jenis neutralizing amine adalah: (i) cyclohexyl amine (C6H12NH2); (ii) morpholine (C4H8ONH); (iii) monoisopropanol amine [NH2CH2CH(CH3)OH]; dan (iv) ammonia (NH3) juga sering digunakan untuk neutralizing agent atau keberadaanya di PLTU muncul akibat reaksi lanjutan dari hydrazine. Sistem kerja dari corrosion inhibitor adalah menaikkan nilai pH sehingga reaksi korosi terhambat.
BACA JUGA: Sistem Preservasi di Tube Boiler PLTU
Neutralizing amine pada tube material carbon steel akan mengurangi laju reaksi korosi pada pH 7 karena pada pH <6 atau pH >10 laju korosi meningkat. Sedangkan untuk ammonia laju korosi pada tube material copper (Cu) meningkat pada pH >9. Disinilah fungsi adjustment pH pada boiler PLTU yaitu untuk mengurangi laju korosi pada tube material. Detail baca di: Pengaruh pH di Sistem PLTU. Berikut grafik hubungan "pH vs corrosion rate": [Kurita, 1999]
- Filming Amine
Filming amine digunakan untuk memberikan lapisan pasifasi dalam jangka panjang agar tidak terjadi reaksi korosi pada material.
Beberapa jenis filming amine seperti:
- Alkyl amine (octadecylamine-ODA)
- Chromate
- Nitrite
- Molybdate
- Tungstate
- Silicate
- Polyphospate (pyrophospate, tripolyphospate dan hexametaphospate)
- Phosponate (hydroxy-ethylidene-diphosphonate, 2-phosphonobutane-1,2,4-tricaboxylate, aminotrimethylene phosponate)
- Polyacrylate
- Polymaleate
- Salt (zinc and nickel)
- Azole (benzotriazole, tolyltriazole & mercaptobenzothiazole)
- Kombinasi Neutralizing Amine dan Filming Amine
Faktor Berpengaruh dengan Adanya Corrosion Inhibitor: [Kurita, 1999]
- pH
Pada contoh penggunaan corrosion inhibitor polyphospate, berdasarkan grafik bisa didapatkan data bahwa kestabilan fungsi inhibitor pada range pH 6.5-9
- Calcium Hardness
Hardness adalah kesadahan air, Kurita (1999) melakukan penelitian dan mendapatkan penambahan corrosion inhibitor jenis phospate dan phosphonate menghasilkan kehadiran ion calcium. Dosis besar dari phospate dan phosphonate cocok untuk air dengan low calcium hardness begitu juga sebaliknya.
- Konsentrasi Anion Agresif
Anion agresif seperti sulphate (SO42-) dan chloride (Cl-) bersifat merusak lapisan pasifasi/protective film. Berdasarkan grafik didapatkan data bahwa penggunaan zinc salt kurang mempengaruhi konsentrasi anion agresif.
- Konsentrasi Residual Chlorine
Chlorine dalam bentuk kimia sodium hypochlorite (NaOCl) digunakan untuk mengendalikan lumpur (slime), penggunaan yang umum di cooling tower. Residual chlorine harus terkendali karena bisa mempengaruhi laju korosi dari copper (Cu) dan carbon steel (CS). Laju korosi pada material tersebut cenderung meningkat ketika konsentrasi chlorine <1 mg/L (ppm) sehingga ketika treatment pengendalian lumpur menggunakan chlorine maka residualnya harus dijaga dibawah itu.
- Water Temperature
Penambahan corrosion inhibitor tipe polyphospate-zinc tetap akan meningkatkan laju korosi carbon steel pada peningkatan temperatur air di range 25-50 oC dan stabil pada 30-80 oC.
Kutip Artikel ini Sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2021). Jenis Corrosion Inhibitor pada Boiler Pengaruh dan Pencegahannya, Best Practice Experience in Power Plant. www.caesarvery.com. Surabaya
[1] Kurita. (1999). Handbook of Water Treatment, Second Edition. Japan
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »