Asuransi adalah salah satu instrument keuangan yang didasarkan pada based resiko bukan investasi/oriented profit. Dalam artian, asuransi adalah mengalihkan resiko ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, misalnya asuransi jiwa (jika sakit, cacat, tidak bisa bekerja atau meninggal), asuransi properti (jika terkena bencana alam, kebakaran), asuransi mobil (jika kecelakan, hilang), asuransi kesehatan (jik sakit) dan masih banyak lagi lainnya. Penulis sendiri juga menggunakan asuransi jiwa untuk berjaga-jaga ketika sebagai kepala keluarga tidak bisa lagi memenuhi kewajibannya nanti pada anak dan istri. Asuransi yang dipakai penulis jelas didasarkan pada based resiko, sedangkan investasi penulis ke reksadana pendapatan tetap dan saham langsung BEI.
Akhir-akhir ini, banyak berita di media yang kecewa terhadap kinerja asuransi seperti Prudential, Axxa mandiri, AIA BCA, Manulife, BNI life dan lain-lain. Ini lebih disebabkan oleh oknum sales agent yang banyak mengumbar janji-janji didepan, karena memang mereka dapat bonus ketika menggaet member/nasabah. Jadi targetnya adalah dapat member gak peduli nanti di belakang bermasalah, toh mereka kerja dibayar ketika memiliki performa dan dipecat ketika sudah pasif. Penulis sendiri juga debat panjang lebar terhadap sales agent asuransi dan karena penulis adalah pelaku investasi di beberapa instrument keuangan maka paham yang dijelaskan sales agent tersebut. Awalnya memang janji manis fluktuatif return yang pasti diatas 6% bahkan sampai 20% dan jika dianalisa maka ini kan sudah jauh diatas inflasi dan bunga deposito, sedangkan ketika sampai 20% sudah setara saham dan diatas return reksadana. Menggiurkan bukan, ketika per bulan penulis ambil premi Rp300.000 dan setahun Rp3.600.000 maka 10 tahun tepat anak sudah beranjak SD dan SMP berapa kira-kira yang didapatkan Rp36.000.000+6% = Rp38.160.000 dan jika return 20% maka Rp43.200.000. Mengiurkan bukan ilustrasi tersebut, belum lagi jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan misalnya meninggal dunia dapat santunan Rp25.000.000.-Rp50.000.000 untuk anak dan istri yang ditinggal.
Ilustrasi-ilustrasi semacam itulah yang diberikan oleh sales agent untuk menggaet nasabah dan kamipun tidak bodoh maka bertanyalah diputar di instrument apakah asuransi ini dan mereka menjawab ke saham dan obligasi. Kami bertanya lagi saham seperti apa dan apakah ada laporannya. Dan memang asuransi yang dipakai penulis setiap semester memberikan laporan kinerja investasi dan benar dibawa ke 5 saham bluechip dan obligasi. Orang awam yang tahunya adalah janji-janji manis return maka ketika premi habis pasti mengharapkan seperti penawaran awal dan betapa kaget ketika kinerja keuangan asuransi ternayata sangat buruk, tidak melaporkan perputaran investasi ke instrument apa dan biaya potongan ketika diambil sebesar berapa yang dahulu sales agent menutupinya.
Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa, harus ada pembenahan di sistem asuransi dalam perekrutan nasabah, terlebih sales agent harus jujur memberikan ilustrasi tentang beda asuransi dan investasi serta sales agent harus terbuka terhadap kinerja keuangan dibawa ke mana dan pelaporan periodik seperti apa. Nasabah berhak tahu instrument keuangan yang dimasuki pihak asuransi dan berhak mendapatkan laporan berkala. Sales agent sebaiknya adalah karyawan tetap asuransi bukan kerja kontrak sehingga target mereka adalah jangka panjang terkait kepuasan pelanggan bukan hanya pencari nasabah demi bonus gajian bulanan saja. Jangan salahkan nasabah ketika menilai kinerja asuransi buruk dan penipu karena secara janji memang benar telah ditipu namun ketika dibuka artian secara harfiah maka return yang diinginkan nasabah jelas salah ketika menginginkan pasti untung karena tergantung baik-buruknya kinerja asuransi dalam memutar dana kelolaan mereka.
Referensi:
[1] Pengalaman Pribadi Penulis pada Tema Terkait. www.caesarvery.com
« Prev Post
Next Post »