Shopee untuk urusan cashback dan free ongkir adalah rajanya di marketplace untuk saat ini. Seperti tidak pernah ada habisnya dan seolah-olah terus-menerus bakar uang. Shopee saat ini sebenarnya sudah dalam tahap pengembalian modal atau untung atas bakar-bakar uangnya dahulu ketika mengenalkan ke pasar dan merebut pasar dari Bukalapak dan Tokopedia. Namun apakah disangka bahwa kenikmatan yang didapatkan oleh konsumen tersebut didapatkan dari mencekik cukup keras seller setiap transaksinya, kok bisa?? Shopee mematok fee transaksi atas barang yang terjual berdasarkan prosentase dari masing-masing cluster barang, dengan artian setiap barang terjual akan dipotong berbeda-beda, sebagai contoh penjualan kami di Mei 2022 ini yaitu spray fog seharga Rp55,500 dengan fee transaksi/admin sebesar Rp2,775 (cukup menggiurkan bukan dan sangat besar nominal tersebut yaitu 5% dari harga jual seller). Padahal umumnya seller untung hanya di kisaran 5-10% agar bisa bersaing dengan kompetitor, sedangkan disisi lain Shopee sudah mematok bersih 5%. Makanya tak heran untuk saat ini Shopee sedang mengembalikan uang lewat bakar-bakar uangnya dulu dan disebut sebagai kapitalis yang kurang mendukung UMKM lokal untuk berkembang. Selain hal tersebut, Shopee yang bermodal asing tentu mendapat suntikan dana besar untuk ekspansi dan terus perlahan mencekik UMKM lokal.
Di berbagai kanal youtube telah banyak dilakukan analisis oleh pakar bahwa Shopee ini perlahan memasukkan barang impor atau Shopee Mall yang diisi oleh agent mereka sendiri lewat kebijakan mencekik tersebut, bagaimana bisa terjadi?? misalnya penjualan kami tadi kami naikkan 5% agar profit tetap 10% yang didapatkan seller, maka total margin menjadi 15%, sedangkan untuk bersaing di pencarian marketplace akan sangat susah karena tentu masih banyak barang sejenis dengan harga yang murah. Dari sini seller-pun menjadi sepi pembeli dan Shopee dengan agent-nya menawarkan produk sejenis yang jauh lebih murah maka buyer akan lebih tertarik ke barang murah tersebut dan UMKM lokal semakin hari semakin tergerus dan mati.
Semula di pembahasan artikel kami di sebelumnya memaparkan Tokopedia sangat pro UMKM dengan prinsip fee transaksi yang kecil, bagi-bagi kue ke semua seller lewat otomasi search engine yang the best dan masih banyak lagi. Namun semakin kesini, rasanya Tokopedia setelah digandeng Gojek menjadi GOTO, dimana banyak investor yang terlibat didalamnya menerapkan kebijakan seperti yang dilakukan Shopee seperti kurir mulai membuat sendiri yaitu "Kurir Rekomendasi" dan per Tanggal 06 Juni 2022 fee transaksi mengikuti langkah Shopee yaitu prosentase clustering berbeda-beda untuk barang yang terjual.
Menurut hemat kami, memang banyak start-up pada awal perkenalan akan menarik simpati bak dewa penolong rakyat, namun setelah dibuat perusahaan terbuka atau banyak pemilik saham/investor masuk, maka orientasinya akan berubah ke big profit oriented bukan ke social oriented. Kami rasa disinilah harusnya peran pemerintah dan kita semua untuk terus mengawasi setiap kebijakan start-up di Indonesia karena ini menyangkut hajat hidup kita semua yang harus bebas dari penjajahan baik ekonomi maupun politik.
Kami masih mengharapkan ada start-up marketplace baru yang murni social orineted seperti Tokopedia dan Bukalapak jaman dahulu. Murni membantu UMKM berkembang dengan sistem otomasi yang baik dan fee transaksi yang kecil. Melihat kejadian seperti ini, kami yang juga investor/trader di pasar modal menjadi kurang berminat ketika perusahaan start-up yang sudah menjadi besar pada akhirnya juga sama visi-misinya menghisap darah secara pelan pada setiap kebijakannya.
Referensi:
[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkait. www.caesarvery.com
« Prev Post
Next Post »