Macam - Macam Stainless Steel (SS)
On Tuesday, February 21, 2017
Stainless Steel (SS) artinya baja tahan karat,
“stain” artinya noda / karat sedangkan “less” artinya minim / tidak ada /
tahan. Di Tahun 1913 dimulai penggunaan SS dengan pencampuran antara :
- Carbon (C) ---> meningkatkan kekuatan/strength (yield & ultimate) dan kekerasan (hardness)
- Chromium (Cr) ---> utk menambah ketahanan terhadap suhu tinggi (800 – 1150 oC), menghambat terjadinya retakan logam (creep) karena hydrogen attack dan graphitization, meningkatkan kekuatan dan kekerasan (ketahanan terhadap abrasi dan wear), menambah corrosion resistance. Kandungan >11.5%Cr membentuk lapisan proteksi oksida yang stabil
- Sedangkan di jaman modern berkembang pencampuran menggunakan Titanium (Ti) ---> memperbaiki sifat mudah di las (weldability)
- Nickel (Ni) ---> logam termahal & utk mempersulit las/mengurangi sifat mudah di las, meningkatkan fracture toughgness dan fatigue resistance. Kandungan >7% Ni mengubah struktur atom menjadi austenitic pada temperatur ruangan
- Molybdenum (Mo) ---> utk memperbaiki ketahanan korosipitting (corrosion resistance) di larutan asam dan lingkungan air laut, menambah ketahanan dari keausan logam (wear resistance), menambah kekuatan & kekerasan logam khususnya untuk temperatur tinggi, memperhalus bulir atom, meningkatkan creep resistance
- Silicon (Si) ---> deoxidizer (menangkap dissolved oxygen), menghindarkan porosity pada material, meningkatkan castability
- Alumunium (Al) ---> utk memperbaiki ketahan terhadap oksidasi (deoxidation). Pencapaian deoxidation paling the best adalah gabuangan Al + Si
- Nitrogen (N2) ---> utk membantu meningkatkan kekuatan logam (strength) & meningkatkan ketahanan korosi
- Manganese (Mn) ---> mencegah oksidasi steel (deoxidize), menambah kekerasan, desulfurize (menangkap impurities S untuk menjauhi brittle FeS, meningkatkan kinerja material pada kondisi panas (hot-workability), memperhalus bulir atom. Kandungan >0.8%Mn cenderung ke harden steel (besi baja yang keras)
- Copper (Cu) ---> penangkap impurities sulfur, meningkatkan ketahanan terhadap atmospheric corrosion
- Vanadium (V) ---> memperhalus bulir atom, meningkatkan mechanical properies, meningkatkan ketahanan terhadap hydrogen attack pada temperatur tinggi
Unsur impurities yang umum di alloy material adalah S dan P, berikut karakteristiknya:
- Sulphur (S) ---> utk meningkatkan kualitas komponen mesin shg performa mesin menjadi lebih baik (machinability), menyebabkan brittle FeS
- Phosporus (P) ---> meningkatkan ultimate strength & corrosion resistance (jarang digunakan di CS)
Berikut kutipan dari handbook Antaki (2003):
Penambahan minimal 12 % Cr membuat SS tahan karat
karena Cr di SS berikatan dengan O2 bebas untuk membentuk lapisan
tipis (passive film) yang tidak terlihat dan sering disebut Lapisan Oksida
(oxide layer). Jika logam SS dilukai dan diamplas bagian luarnya maka dengan
segera lapisan oksida terbentuk lagi sehingga SS sangat aman digunaakan untuk
peralatan yang fungsinya banyak gesekan.
Beberapa istilah kerusakan logam adalah :
- DUCTILE (kelenturan): meregang tanpa menyebabkan patah
- CREEP (retakan): regangan yang mendekati titik maksimal mengakibatkan retakan sehingga membuat pori-pori logam membesar
- CRACK/FRACTURE (patah): retakan yang terus-menerus dibiarkan meregang dan akan membagi permukaan logam menjadi beberapa bagian
- FATIGUE (lelah): material yang berputar dengan rotasi/gerakan yang sama terus-menerus sehingga menyebabkan kelelahan logam
- STRESS (tegangan mekanis): beban dibagi luas penampang bahan
- STRAIN (keregangan): pertambahan panjang dibagi panjang awal
- BRITTLE/EMBRITTLEMENT (getas / rapuh): bisa disebabkan karena korosi hydrogen damage, caustic, nitrat, phospate, acid
- RUPTURE (pecah): bisa disebabkan karena adanya gas methane sehingga menyebabkan hydrogen damage, atau operasi panas yang ter-lokalisir (overheating)
- PITTING (lubang dengan lebar kecil namun dalam): bisa disebabkan karena chloride/sulphide attack
- CREVICE (celah antara sambungan atau las-lasan): bisa disebabkan karena chloride/sulphide attack
- TENSILE STRENGTH (kekuatan tarik): tegangan max yang bisa ditahan ketika diregangkan
Berdasarkan handbook Ahmad (2006) berikut kutipannya:
Berdasarkan “Struktur Mikro atau Bentuk Kristalnya “
ada 5 tipe SS:
1. AUSTENITIC Stainless Steel
- Terbentuk ketika low alloy/carbon steel dipanaskan >735 oC ( 1300 s/d 1600 oF) namun dibawah melting point kemudian iron-carbide (campuran antara carbon dengan satu/lebih elemen metal) dilarutkan kedalamnya
- Bentuk kristalnya adalah Face Centered Cubic (FCC) crystal
- Campurannya berisi Cr, Ni kadang – kadang juga Mn & N2
- Jenis SS yang mendekati tipe ini adalah 302 SS & 304 SS (komposisi umum adalah dominan Fe, 18% Cr & 8% Ni), 201, 301, 316 & 321
- Austenite tidak mengeras oleh pemanasan, ketahanan korosi paling bagus diantara lainnya, mudah di las dan dibentuk, tahan terhadap retakan (creep), tidak bersifat magnetik
- Austenitic adalah tipe SS yang terbesar di pasaran dan dibagi menjadi 5 sub-grup:
* Cr – Mn Grade
* Cr – Ni Grade
* Cr – Ni – Mo Grade ---> Mo utk memperbaiki
ketahanan korosi (terlebih asam dan air laut)
* High Performance Grade ---> alloy yang ramah
lingkungan
* High Temperature Grade ---> Cr & Ni tinggi
tetapi tanpa Mo yang digunakan utk operasi suhu tinggi > 550 oC
Berdasarkan Schweitzer (2010) berikut kutipannya:
Perbedaan SS 304, 316, 304L dan 316L adalah:
- SS 304 mengandung C mx 0.08% memiliki sifat tahan korosi dan oksidasi, excellent strength & ductility, mudah dilas
- SS 316 adalah SS 304 yang ditambahkan lebih unsur molybdenum (Mo) sehingga SS 316 lebih tahan air laut, chloride, sulfur dan juga tahan terhadap operasi temperatur tinggi.
- SS dengan low carbon seperti 304L dan 316L mengandung mx 0.03%C berguna menurunkan precipitation of intergranular carbide dna resiko dari intergranular corrosion
Berikut kutipan dari handbook Antaki (2003):
2. FERRITIC Stainless Steel
- Terbentuk ketika low alloy/carbon steel dipanaskan <735 oC (dibawah critical temperature)
- Bentuk kristalnya adalah Body Centered Cubic (BCC) crystal
- Campurannya berisi Fe & Cr dengan low carbon & nickel
- Jenis SS yang mendekati tipe ini adalah 430 SS (11,2 sd 19 %Cr), 405, 409, 422 & 446
- Ferritic SS bersifat mudah diregangkan (ductile), tidak mengeras (not hardenable) oleh pemanasan dan bersifat magnetik, weldability
Berdasarkan Schweitzer (2010)berikut kutipannya:
3. MARTENSITIC Stainless Steel & PRECIPITATION-HARDENED
- Ditemukan oleh ilmuwan Jerman tahun 1890 “Adolf Martens”
- Martensite adalah low carbon, tidak ada/sedikit Ni & Mo dengan jumlah paling sedikit dari SS yang beredar di pasaran
- Bentuk kristalnya adalah Body Centered Tetragonal
- Jenis SS yang mendekati tipe ini adalah 410 SS (komposisinya adalah Fe, 12% Cr & 0,12% C), 403, 410, 416 & 420
- Sifat mertensite adalah sangat keras (great hardness), mudah patah/rapuh (brittle), dapat mengeras (hardenable) oleh panas, ketahanan tinggi terhadap keausan (wear), ketahanan korosi rendah, bersifat magnetik
Berdasarkan Schweitzer (2010)berikut kutipannya:
4. DUPLEX Stainless Steel (gabungan Ferritic &
Austenitic)
- Bersifat sangat kuat dan keras
- Sangat baik ketahanan korosinya (corrosion resistance), mudah di las (weldability), ringan (light weight), bersifat magnetik, tahan terhadap korosi yang disebabkan tegangan (stress corrosion cracking)
- Karakteristik Duplex SS yaitu high Cr content (20,1 - 25,4 %) & low Ni content (1,4 - 7 %)
5. CAST Stainless Steel
Beberapa hal penting yang di ilmu logam:
- AMORPHOUS: tidak memiliki struktur kristal (non crystalline)
- CARBON STEEL: steel yang dikombinasikan dengan jumlah carbon yang bervariasi atau bisa disebut dengan low alloy steel (besi baja dengan rendah unsur aditif)
- COMPOSITE: material yang tersusun dari elemen yang berbeda
- MILD/LOW STEEL: low alloy steel disebut juga carbon steel dengan maksimum 0,25 % carbon
- QUENCHING: pemanasan logam diikuti pendinginan mendadak (suhu turun drastis)
- ANNEALING: pemanasan logam diikuti pendinginan pelan-pelan (suhu turun bertahap) ---> bertujuan utk menghasilkan perubahan properties/struktur mikro sesuai yang diinginkan
Berdasarkan Schweitzer (2010)berikut kutipannya:
Nomenclatur dari Ferrous Alloy :
10xx ---> plain carbon steel
11xx ---> plain carbon steel (resulfurized for machinability)
15xx ---> Mn (10 sd 20 %)
40xx ---> Mo (0.2 sd 0.3 %)
43xx ---> Ni (1.65 sd 2 %), Cr (0.4 sd 0.9 %), Mo (0.2 sd 0.3 %)
dimana xx adalah %Wt dari C x 100
Contoh : 1060 steel artinya plain CS dengan % Wt C sebesar 0.6%
TABEL KOMPOSISI LOGAM
Tabel Perbandingan SS tipe Austenitic, Ferritiv dan Martensitic
Tabel Komposisi Logam SS
Tabel Komposisi Logam SS
Tabel Komposisi Logam Carbon Steel
Tabel Komposisi Logam Alloy Steel
Kutip Artikel ini sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2017). Macam - Macam Stainless Steel (SS), Best Practice Experience in Power Plant. www.caesarvery.com. Surabaya
Referensi:
[1] Feriyanto, Y.E. (2016). Best Practice Experience in Power Plant. Surabaya
[2] https://grilljunkieguy.com/stainless-steel-deeper-look/
[3] https://www.google.com.ar/patents/EP2550033A1?cl=en
[4] http://icfbogie.com/wp/steel-on-indian-railways/stainless-steel/
[5] http://www.outokumpu.com/en/products-properties/more-stainless/stainless-steel-types
/pages/default.aspx
[6] http://chemistry.about.com/cs/metalsandalloys/a/aa071201a.htm
[7] Engineering Handbook “Technical Information” by
GL Huyet
[8] Modern Physical Metallurgy and Materials
Engineering by Smallman - Bishop
[9] Schweitzer, P.A. (2010). Handbook of Fundamentals of Corrosion Mechanisms, Causes, and Preventative Methods. CRC Press. London & New York
[10] Ahmad, Z. (2006). Handbook Principles of Corrosion Engineering and Corrosion Control. Elsevier
[11] Antaki, G.A. (2003). Piping and Pipeline Engineering. Design, Construction, Maintenance, Integrity, and Repair. Marcel Dekker, Inc. USA
ARTIKEL TERKAIT: