Trending Topik

Analisa Kinerja Keuangan PT Ad*ro Energy Tbk Dibanding Perusahaan Sejenis (2 of 2)

Diposting oleh On Saturday, July 07, 2018


  • Rasio Likuiditas
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban  finansialnya yang harus segera  dipenuhi atau kewajiban jangka pendek. Secara umum, tingkat likuiditas semakin tinggi semakin baik dan menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi  kewajiban-kewajian finansialnya. Analisa Rasio Likuiditas PT. Adaro Energy Tbk (ADARO) meliputi:
Sumber Gambar : www.akurat.co
1. Current Ratio
Current   Ratio   mengukur   kemampuan   perusahaan   memenuhi kewajiban  jangka  pendek dengan  aset  lancar. Hasil pengukuran Current Ratio untuk ADARO dan industri sejenis ditabulasikan sebagai berikut :

Current Ratio
2016
2015
2014
2013
2012
Adaro
2.47
2.40
1.64
1.77
1.57
Atlas
0.18
0.20
0.33
0.26
0.39
Bayan
2.55
1.89
0.62
1.10
1.16
Bukit Asam
1.66
1.54
2.08
2.87
4.92
Bumi
0.69
0.10
0.35
0.41
0.88
Darma Henwa
1.11
1.25
1.40
1.28
1.41
Delta Dunia
1.36
3.00
2.38
1.41
1.87
Average
1.43
1.48
1.26
1.30
1.74

Secara umum, Current Ratio ADARO lebih tinggi daripada industri sejenis. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan ini mampu membayar semua kewajiban-kewajiban jangka pendek. Namun analisa current ratio perlu diverifikasi dengan analisa days sales outsanding dan inventory turnover,  untuk  melihat sejauh mana  aset  lancar  berupa  piutang dan inventori dapat segera dicairkan.
  • Acid Test Ratio
Acid test ratio dikenal juga sebagai quick ratio merupakan rasio likuiditas yang lebih mempertajam hasil current ratio dengan pendekatan yang lebih konservatif. Acid test ratio mengukur hanya aset yang benar- benar lancar dengan menghilangkan inventori dan aset lancar lain.
Secara  umum,  ADARO  memiliki  Acid  Test  Ratio  lebih  baik daripada industri sejenis. Nilai tahunan menunjukkan pengolahan likuiditas yang lebih baik daripada industri sejenis, dan mengalami trend kenaikan. Sehingga ADARO tidak akan mengalami kesulitan dalam menutup kewajiban-kewajiban lancar-nya, serta trend kenaikan menunjukkan kenaikan pendapatan (revenue growth) lebih baik daripada industri sejenis.
  • Cash Conversion Cycle
Cash Conversion Cycle mengukur jumlah hari yang diperlukan oleh suatu perusahan dalam pengolahan operasional dan keuntungan yang didapatkan dari pembayaran oleh kreditor.
Grafik menunjukkan Cash Conversion Cycle ADARO lebih rendah daripada industri sejenis. Hal ini mengindikasikan efisiensi ADARO dalam merubah inventori menjadi penjualan dan penjualan menjadi  kas relatif lebih baik daripada industri sejenis.  Cash  Conversion  Cycle  yang  lebih pendek berarti likuiditas lebih baik, peluang untuk mendapatkan diskon dari pembelian material baku dan naiknya kapasitas pendanaan ekspansi bisnis.
  • Average Collection Periods
Average Collection Periods mengukur seberapa cepat perusahaan mendapatkan pembayaran piutang-piutang  perusahaan. Pembayaran piutang-piutang oleh pihak rekanan relatif lebih lancar daripada industri sejenis. Dengan kata lain, tata kelola piutang ADARO lebih baik daripada industri sejenis.
  • Free Cash Flow/Sales
Rasio Cash Flow mengukur kas yang dihasilkan oleh pengelolaan perusahaan. Rasio ini dapat memberikan pemahaman mengenai kesehatan finansial dan kinerja  dari  suatu  perusahaan.  Free Cash Flow/Sales mengukur cash flow perusahaan terhadap penjualan (atau pendapatan), sehingga memberikan pemahaman mengenai kemampuan perusahaan mengubah penjualan menjadi kas. Free Cash Flow/Sales ADARO menunjukkan nilai yang positif, sedangkan rata-rata industri sejenis menunjukkan trend negatif. Hal ini mengindikasikan  tingkat kas yang dihasilkan dari penjualan relatif lebih baik daripada industri sejenis.
  • Rasio Profitabilitas
Profitabilitas suatu perusahaan menjadi penting dikarenakan meskipun tujuan suatu perusahaan adalah meningkatkan nilai, tapi pengukuran nilai yang terpenting adalah profit (keuntungan). Secara akuntansi, profit adalah pendapatan dikurangi pengeluaran. Sehingga rasio profitabilitas adalah rasio pendapatan suatu perusahaan dibandingkan dengan pengeluaran perusahaan. Rasio profitabilitas diantaranya adalah :
  • Gross Margin
Gross Margin mengukur tingkat keuntungan kotor dengan tingkapenjualan. 
  • Operating Margin
Operating Margin mengukur tingkat  keuntungan kotor dengan tingkat penjualan. Rumus Operating Margin adalah sebagai berikut:
Grafik  untuk  Operating  Margin  ADARO  dan  industri  sejenis ditunjukkan sebagai berikut:
Operating  Margin  ADARO  jauh  lebih  baik  daripada  rata-rata industri sejenis yang secara umum berada di nilai minus. Hal ini menunjukkan  beban  penjualan,  umum  dan  administrasi  ADARO  lebih rendah daripada industri sejenis. Dengan kata lain, pengelolaan biaya-biaya non produksi ADARO lebih baik daripada rata-rata industri sejenis.
  • Net Margin
Net Margin mengukur tingkat pendapatan bersih suatu perusahaan dibandingkan dengan nilai penjualan. Net Margin ADARO di tahun 2016 relatif dibawah rata-rata industri sejenis, tetapi  kecenderungan  tahunan  menunjukkan nilai yang stabil dengan trend kenaikan. Perlu diketahui, pada tahun 2014 dan 2015 harga batubara dunia sempat mengalami penurunan drastis yang berimbas pada margin perusahaan. Namun tata kelola ADARO relatif stabil sehingga fluktuasi grafik tidak terlalu signifikan.
  • EBITDA Margin
Hampir sama dengan Operating Margin, EBITDA Margin ADARO relatif lebih baik daripada industri sejenisyang secara umum berada di nilai minus.
  • Effective Tax Rate
Effective  Tax Rate mengukur  seberapa banyak pajak  yang harus dibayar dibandingkan dengan penghasilan sebelum pajak mengikuti kaidah hukum perpajakan. Rumus Effective Tax Rate adalah sebagai berikut:
Effective Tax Rate ADARO lebih tinggi daripada industri sejenis, hal ini menunjukkan kewajiban pajak yan dibayar tahunan dari pendapatan adalah lebih tinggi daripada industri sejenis. Kestabilan Effective Tax Rate menunjukkan beban pajak tangguhan ADARO relatif stabil, dengan tunggakan pajak yang minim.
  • Return on Assets (ROA)
ROA mengukur tingkat  pendapatan  bersih dibandingkan  dengan rata-rata total aset  yang dimiliki perusahaan.  Semakin tinggi nilai ROA menunjukkan tingkat efisiensi yang semakin baik. Nilai ROA tahunan ADARO lebih tinggi daripada rata-rata industri sejenis. Hal ini menunjukkan pengelolaan aset ADARO lebih efisien dan menghasilkan net income lebih tinggi daripada industri sejenis.
  • Return on Equity (ROE)
ROE merupakan rasio perbandingan antara net income dengan ekuitas perusahaan. Semakin tinggi nilaiROE suatu perusahaan menunjukkan tingginya  tingkat  pengembalian modal yang ditanam oleh pemegang sahampada suatu perusahaan. Nilai ROE ADARO selalu berada di atas rata-rata industri sejenis. Meskipun nilainya tidak setinggi di tahun 2012 karena perkembangan harga batubara dunia, namun tidak pernah lebih rendah daripada industri sejenis. Hal ini menunjukkan  tingginya  tingkat  pengembalian  ekuitas  penanam modal ADARO dibandingkan dengan industri sejenis.
  • Return on Invested Capital (ROIC)
ROIC merupakan pengukuran efisiensi perusahaan dalam mengalokasikan  kapital untuk suatu  investasi.  ROIC memberikan  suatu pemahaman mengenai bagaimana suatu investasi menghasilkan tingkat pengembalianbagi  suatu  perusahaan. Nilai ROIC ADARO selalu berada di atas rata-rata industri sejenis. Meskipun nilainya tidak setinggi di tahun 2012 karena perkembangan harga batubara dunia, namun tidak pernah lebih rendah daripada industri sejenis. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat pengembalian investasi yang dilakukan ADARO dibandingkan dengan industri sejenis.
  • Capex as a % of sales
Capex to Sales Ratio mengukur level investasi yang dilakukan suatu perusahaan dan tingkat nilai penjualan yang dihasilkan dalam suatu periode. Nilai ROIC ADARO selalu berada di atas rata-rata industri sejenis. Meskipun nilainya tidak setinggi di tahun 2012 karena perkembangan harga batubara dunia, namun tidak pernah lebih rendah daripada industri sejenis. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat pengembalian investasi yang dilakukan ADARO dibandingkan dengan industri sejenis.
  • Capex as a % of sales
Capex to Sales Ratio mengukur level investasi yang dilakukan suatu perusahaan dan tingkat nilai penjualan yang dihasilkan dalam suatu periode. 
  • Rasio Aktivitas
Rasio  Aktivitas  mengukur  kinerja  operasi  dari  suatu  perusahaan.   Rasio Aktivitas yang ditinjau dalam penelitian ini adalah:
  • Fixed Assets Turnover
Rasio Fixed Assets Turnover mengukur tingkat produktivitas aset tetap suatu perusahaan dalam menghasilkan  pendapatan.  Semakin tinggi tingkat turnover, semakin baik pengelolaan aset tetap perusahaan tersebut dalam  menghasilkan  pendapatan. Fixed Assets Turnover ADARO lebih rendah daripada rata-rata industri sejenis. Hal ini mengindikasikan aset tetap ADARO menghasilkan penjualan yang lebih rendah dibandingkan industri sejenis. Rasio ini bisa juga diartikan tingkat belanja aset tetap ADARO yang lebih tinggi daripada industri sejenis.
  • Total Assets Turnover
Total Asset  Turnover  Ratio merupakan  indikator  efisiensi perusahaan dengan jalan mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan dengan membandingkan terhadap Total Assets
Total Asset Turnover ADARO lebih rendah daripada rata-rata industri sejenis. Hampir sama dengan Fixed Assets Turnover, rasio ini mengindikasikan  aset total ADARO  menghasilkan  penjualan  yang lebih rendah dibandingkan industri sejenis. Rasio ini bisa juga diartikan tingkat belanja aset total ADARO yang lebih tinggi daripada industri sejenis.
  • Accounts Receivable Turnover
Accounts Receivables Turnover mengukur tingkat keefektifan suatu perusahaan dalam mengelola aset berupa piutang. Pada dasarnya, rasio ini mengindikasikan tingkat pengembalian kredit oleh konsumen. Suatu perusahaan dengan nilai Accounts Receivables Turnover yang tinggi menunjukkan  tingginya  nilai  piutang  perusahaan.  Hal  ini  akan mempengaruhi tingkat arus kas perusahaan. Accounts Receivables Turnover. Nilai Accounts Receivables Turnover ADARO tahunan lebih rendah daripada  industri  sejenis,  meskipun  di tahun  2016  relatif  lebih  tinggi daripada industri sejenis. Hal ini mengindikasikan tingkat pembayaran piutang dari konsumen yang relatif lebih lancar daripada industri sejenis.
  • Inventory Turnover
Inventory Turnover mengukur tingkat efisiensi suatu perusahaan dalam merubah inventori menjadi penjualan. Nilai Inventory Turnover ADARO lebih tinggi daripada rata-rata industri  sejenis. Hal ini mengindikasikan  tingkat  pengelolaan  inventori ADARO lebih baik daripada industri sejenis.
  • Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas mengukur kemampuan suatu perusahaan menangani hutanghutangnya.
  • Debt Ratios
Debt Ratios merupakan perbandingan  antara total hutang dengan total aset. Debt Ratios mencerminkan level risiko finansial perusahaan dan pemegang sahamnya. Hutang merupakan suatu bentuk financial leverag. Semakin tinggi tingkatnya,  maka level risiko  finansial  perusahaan  akan semakin tinggi. Namun, di sisi lain, leverage dapat meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Suatu perusahaan akan berusaha mencari titik optimum dari financial leverage. Debt Ratio ADARO lebih rendah daripada industri sejenis, hal ini menunjukkan tingkat leverage ADARO lebih rendah dan tingkat ekuitas ADARO lebih tinggi daripada  industri  sejenis.  Hal  ini  sejalan  dengan analisa ROE yang sudah dilakukan.
  • Debt/Equity
Debt/Equity Ratio adalah analisa leverage lain dengamembandingkan total liabilities terhadap totaekuitas. Rasio ini mengukupersentasi hutang terhadap ekuitas perusahaan Grafik untuk Debt/Equity Ratio ADAROdan industri sejenis ditunjukkan sebagai berikut: Rasio Debt/Equity ADARO lebih rendah daripada perusahaasejenis.  Hal ini menunjukka tingka kecenderungan hutang perusahaalebih rendah daripada industri sejenis. Perusahaan lebih mengandalkaekuitas dalam pendanaan perusahaan.
  • Interest Coverage Ratios
Rasio ini mengukur kemudahan perusahaan dalam membayar beban bunga. Semakin rendah rasio ini, maka perusahaan akan makin terbebani dengan beban bunga. Nilai Interest Coverage Ratio ADARO tahun 2015 dan 2016 lebih tinggi daripada rata-rata industri sejenis. Hal ini mengindikasikan kemampuan ADARO membayar hutang outstanding menggunakan pendapatan. Safety Margin bagi kreditor lebih baik untuk ADARO, dan meningkatkan kepercayaan kreditor dalam memberikan hutang kepada perusahaan.
  • Indikator Kinerja Operasi
Indikator  kinerja operasi mengukur  tingkat efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan. Indikator Kinerja Operasi yang dianalisa dalam penelitian ini adalah :
Days Sales Outstanding (DSO)
DSO merupakan  indikator  tingkat pembayaran piutang dari konsumen perusahaan. Nilai DSO ADARO mulai tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 berada di kisaran  40 hari,  sedangkan  industri  sejenis  berada di rentang ratusan hari. Hal ini menunjukkan pengelolaan piutang ADARO menjadi pembayaran sangat baik jika dibandingkan dengan rata-rata industri sejenis.
  • Days Inventory Outstanding (DIO)
DIO  mengukur   jumlah  hari  yang  dibutuhkan   untuk  merubah inventori menjadi pendapatan. Nilai DIO ADARO tahunan berada di kisaran belasan hari, sedangkan industri sejenis berada di kisaran 35 hari. Hal ini menunjukkan pengelolaan inventory ADARO menjadi pembayaran sangat baik jika dibandingkan dengan rata-rata industri sejenis.
  • Days Payables Outstanding (DPO)
DPO mengukur berapa lama suatu perusahaan membayar tagihan dari kreditor. Nilai DIO ADARO di kisaran 40 hari, sedangkan rata-rata industri sejenis di kisaran 90 hari. Hal ini menunjukkan  kemampuan cash flow ADARO jauh lebih baik daripada industri sejenis. Dengan nilai DPO yang rendah, maka tingkat kepercayaan kreditor akan lebih baik di perusahaan. Berdasarkan analisis yang dilakukan,  dapat diambil kesimpulan  sebagai berikut: Tingkat kesehatan keuangan PT. Adaro Energy Tbk. relatif lebih baik dibandingkan dengan industri sejenis. Hal ini dapaat terlihat dari rasio likuiditas, profitabilitas dan solvabilitas yang lebih baik  daripada industri sejenis selama kurun periode penelitian. Kinerja keuangan PT. Adaro  Energy Tbk relatif lebih baik dibandingkan dengan industri sejenis. Hal ini dapaat terlihat dari rasio aktivitas dan indikator yang lebih baik daripada industri sejenis selama kurun periode penelitian.

Daftar Pustaka
[1] Keown, et al. (2005), Financial Management Principles and Application, 10th Edition
[2] Berk, J. De Marzo, P., dan Harford, J. (2015), Fundamentals of Corporate Finance, 3th
Edition. Pearson Global Edition
[3] Vance, David E., (2003), Financial Analysis & Decision Making, McGraw-Hill
[4] Riyanto, Bambang, 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4 Yogyakarta
[5] Soetjipto, Kery (2000), Analisis Pengaruh Akuntansi Tingkat Harga Umum Terhadap Neraca, Laporan LabaRugi, Laba Ditahan, Dan Rasio Keuangan, JA/FE Untar, Th.IV/01/2000/Edisi Khusus Penelitian.
[6] Munawir. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Jogjakarta
[7] http://www.adaro.com/  diakses tanggal 7 April 2018
[8] http://www.atlas-coal.co.id/  diakses tanggal 7 April 2018
[9] http://www.bayan.com.sg/index.php/en/ diakses tanggal 7 April 2018
[10] http://www.ptba.co.id/en  diakses tanggal 7 April 2018
[11] http://www.bumiresources.com diakses tanggal 7 April 2018
[12] http://www.ptdh.co.id/ diakses tanggal 7 April 2018
[13] https://www.deltadunia.com/  diakses tanggal 7 April 2018

Analisa Kinerja Keuangan PT Ad*ro Energy Tbk dengan Perusahaan Sejenis (1 of 2)

Diposting oleh On Sunday, July 01, 2018

Adopted from : Andik Santoso ST, MMT (2018)


I. Latar Belakang

PT Adaro Energy Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan batubara dan tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan nama ADARO. Sebagai  salah  satu  raksasa  penguasa cadangan batubara di Indonesia tentunya terjadinya fluktuasi menyebabkan Adaro terlihat mengalami kesulitan dalam menghadapi kondisi tersebut. Terlihat di tahun 2015 Adaro mengalami penurunan produksi batubara sebesar 5,93 persen menjadi 13,16 metrik ton dibanding dengan produksi tahun 2014 sebanyak13,39  metrik ton. Menurunnya produksi juga ikut berimbas pada kondisi keuangan PT Adaro Energy Tbk terutama laba dari perusahaan mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 16% selama awal tahun 2015 mengingat fokus bisnis Adaro adalah penambangan dan perdagangan batubara.
Dengan fluktuasi harga yang terus menurun, seluruh perusahaan di sektor pertambangan dituntut untuk menjaga kondisi keuangan perusahaan agar tetap bisa menjalankan usahanya, ada juga perusahaan yang tidak kuat dalam menghadapi kondisi sulit pada tahun 2015 dan menyebabkan banyak perusahaan sektor tambang batubara gulung tikar.
Salah satu cara melihat kondisi keuangan suatu perusahaan yaitu dengan menggunakan analisis rasio keuangan adalah rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio  likuiditas.  Ketiga  rasio  tersebut dihitung menggunakan formula yang hasilnya dapat digunakan untuk menilai apakah tujuan dari perusahaan tersebut tercapai sehingga kepentingan para investor dapat dipenuhi oleh perusahaan. Dari penilaian tersebut juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan oleh manajemen perusahaan dalam mengambil langkah yang tepat di waktu yang akan datang.
Menurut mulyadi (2001:415) penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik afektivitas  operasional  suatu organisasi,  bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja perusahaan merupakan kata umum untuk menggambarkan keberhasilan atau kesuksesan suatu perusahaan. Kinerja yang baik menunjukkan bahwa perusahaan dikelola dengan baik. Dalam operasional dunia usaha kerja perusahaan dapat dirumuskan sebagai hasil kerja yang diperoleh atas kegiatan atau operasi yang dilakukan oleh perusahaan selama periode waktu tertentu, dan laba merupakan salah satu tolak ukur penting dalam penilaian kinerja perusahaan (standar akuntansi keuangan, 2001).
Terdapat beberapa pendekatan yang bisa digunakan untuk menganalisa kondisi dan kinerja suatu perusahaan. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Cara untuk mengetahui baik buruknya kinerja  keuangan dalam suatu perusahaan dapat diketahui dengan cara menganalisis hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan.
Adapun  alat  analisis  kinerja keuangan  pada  perusahaan yang  digunakan meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas (rentabilitas), rasio aktivitas. Analisis rasio keuangan merupakan metode analisis yang sering dipakai karena merupakan metode yang paling cepat untuk mengetahui kinerja keuangan PT. Adaro Energy Tbk. Dengan mengetahui kinerjanya, PT. Adaro Energy Tbk. akan dapat melakukan perkiraan keputusan apa yang akan diambil guna mencapai tujuannya. Analisis rasio keuangan pada PT. Adaro Energy Tbk. akan menyederhanaka informasi  yang menggambarkan hubungan antara pos-pos tertentu dengan pos lainnya yang dilaporkan. Dalam hal ini analisis rasio keuangan pada PT. Adaro Energy Tbk. akan menggali informasi dari laporan neraca dan laporan hasil usahanya.

II. Rumusan Masalah 
Analisis rasio keuangan PT. Adaro Energy Tbk. digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : 

  1. Bagaimana tingkat kesehatan keuangan PT. Adaro Energy Tbk.?
  2. Bagaimana kinerja keuangan PT. Adaro Energy Tbk. dibandingkan dengan industri sejenis yang berada di Indonesia

III. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis kinerja keuangan PT. Adaro Energy Tbk untuk melihat kesehatan keuangan  dan  melakukan perbandingan kinerja keuangan dengan industri sejenis yang berada di Indonesia.

IV. Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup dan permasalahan  yang harus diselesaikan pada penelitian ini, maka penelitian dibatasi pada :

  1. Analisis kinerja perusahaan PT. Adaro Energy Tbk. dan perusahaan pembanding menggunakan analisis kinerja keuangan. 
  2. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari Annual Report perusahaan-perusahaan  pertambangan  batubara  yang  terdaftar  di  Bursa Efek Indonesia dalam periode 5 tahun mulai dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.
V. Analisa dan Pembahasan

  • Teknik Analisis Laporan Keuangan

Beberapa teknik analisis laporan keuangan dapat disebutkan sebagai berikut :

1. Analisis Perbandingan
Analisis perbandingan adalah teknik analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan membandingkan antara satu dengan yang lain, dengan menunjukan informasi keuangan atau data lainnya baik berupa rupiah atau dalam unit.

2. Analisis Trend
Analisis trend ini bertujuan untuk mengetahui tendensi atau kecendrungan keadaan suatu perusahaan di masa yang akan datang baik kecenderungan naik, turun maupun tetap.

3. Common size
Teknik common size menggunakan pola atau teknik penyederhanaan angka dalam laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dengan teknik ini memerlukan angka  dasar  sebagai  dasar perhitungan  konversi,  untuk neraca biasanya menggunakan total aktiva atau total pasiva sebagai dasar dengan angka 100%.

4. Analisis Rasio keuangan
Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
Kegunaan rasio keuangan keuangan bagi kelompok utama pemakai laporan keuangan adalah sebagai berikut :

  • Manajer yang  menerapkan  rasio untuk membantu menganalisis, mengendalikan, dan kemudian meningkatkan operasi perusahaan
  • Analisis  kredit,  temasuk  peugas  pinjaman  bank  dan  analisis  peringkat obligasi, yang menganalisis  rasio-rasio untuk membantu memutuskan kemampuan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya
  • Analisis   saham,   yang   tertarik   pada   efisiensi,   resiko,   dan   prospek pertumbuhan perusahaan 

Analisis  rasio  keuangan  memiliki  beberapa  keunggulan  dan  keterbatasan sebagai alat analisis, yaitu:
Keunggulan Analisis Rasio

  • Rasio  merupakan  angka-angka  atau  ikhtisar  statistik  yang  lebih  mudah dibaca dan ditafsirkan.
  • Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 
  • Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.
  • Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.
  • Keterbatasan Analisis Rasio

Disamping keunggulannya, teknik ini mempunyai beberapa keterbatasan, yaitu sebagai berikut :

  • Kesulitan  dalam  memilih  rasio  yang tepat  yang dapat digunakan  untuk kepentingan pemakai.
  • Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti :
  • Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment  yang dapat dinilai bias atau subyektif. 
  • Nilai yang terkandung  dalam laporan keuangan  dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar
  • Klasifikasi  dalam  laporan keuangan  bias berdampak  pada angka rasio.
  • Jika   data  untuk   menghitung   rasio   tidak  tersedia   maka  akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
  • Jika dua perusahaan atau lebih dibandingkan bisa saja teknik standar akuntansi yang dipakai tidak sama.
  • Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron

Penggolongan Angka Rasio

Menurut  S.  Munawir  (2004:68),  Berdasarkan  sumber  datanya,  angka  rasio dapat dibedakan menjadi:

  • Rasio-rasio Neraca (Balance Sheet Ratios) yang tergolong dalam kategori ini adalah semua rasio yang semua datanya diambil atau bersumber pada neraca, misalnya current ratio, acid test ratio
  • Rasio-rasio  Laporan Laba Rugi (Income Statement Ratios)  yaitu angka- angka  rasio  yang dalam  penyusunannya   semua  datanya  diambil  dari Laporan Laba Rugi, misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio dan lain sebagainya 
  • Rasio-rasio antar Laporan (interstatement ratios) ialah semua angka rasio yang penyusunan datanya berdasar dari neraca dan data lainnya dari laporan Laba Rugi, misalnya tingkat perputaran persediaan (inventory turn over), tingkat   perputaran   piutang   (account   receivable   turn  over),   sales   to inventory, sales to fixed asset dan lain sebagainya.

Pengukuran Kinerja Keuangan Menggunakan Analisis Rasio

Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan  yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Djarwanto (2008:19) menyatakan bahwa kinerja adalah tingkat prestasi(kerja) hasil nyata yang kadang-kadang digunakan untuk tercapainya hasil positif atau hasil dari banyak keputusan yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen untuk mencapai tujuan terntentu.
Analisis rasio merupakan angka-angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan laporan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (Harahap,2007:297).
Secara garis besar ada empat jenis rasio yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, antara lain :

  • Rasio likuiditas

Rasio yang menunjukkan hubungan antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya dengan hutang lancar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban  jangka pendek. Rasio  Likuiditas  yang  umum dipergunakan adalah:

1. Current Ratio (Rasio Lancar)
Rasio  lancar  adalah rasio  yang digunakan  untuk mengukur  kemampuan likuiditas jangka   pendek  perusahaan  dengan  melihat  aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (kewajiban perusahaan).

2. Quick Ratio/ Acid Test Ratio (Rasio Cepat)
Rasio cepat adalah kemampuan untuk membayar hutang yang harus segera dipenuhi oleh aktiva lancar yang lebih likuid (quick asset).

  • Rasio aktivitas

Rasio keuangan yang mengukur bagaimana perusahaan  secara  efektif mengelola aktiva-aktivanya. Rasio ini digunakan untuk melihat seberapa besar tingkat aktiva tertentu yang dimiliki  perusahaan,  apakah sudah sesuai dan beralasan, sangat tinggi atau sangat rendah jika dipandang dari tingkat penjualan saat ini. Semakin tinggi rasio aktivitas semakin efektif perusahaan dalam mendayagunakan sumber  dayanya.  Rasio  aktivitas  yang  umum  dipergunakan adalah:

1. Total Assets Turn Over
Total  Asset  Turnover  Ratio  merupakan  indikator  efisiensi  perusahaan dengan jalan mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan dengan membandingkan terhadap Total Assets.

2. Inventory Turn Over
Inventory Turn Over digunakan untuk mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagangan. Rasio ini merupakan informasi yang cukup popular untuk menilai efisiensi operasional yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan.

  • Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya. Rasio profitabilitas yang umum dipergunakan adalah:

1. Net Profit Margin
Net profit margin adalah rasio yang mengukur seberapa banyak keuntungan operasional yang bisa diperoleh dari setiap rupiah penjualan.

2. Return On Assets
Return on assets adalah rasio antara laba setelah pajak dengan total aktiva. Rasio ini mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi total.

3. Return On Equity
Return on equity (ROE) adalah jumlah imbal hasil dari laba bersih terhadap ekuitas dan dinyatakan dalam bentuk persen.

  • Rasio solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya. Rasio solvabilitas yang umum dipergunakan adalah:

1. Debt To Assets Rasio
Debt to assets ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva.

2. Debt to Equity Rasio
Debt to equity ratio menggambarkan perbandingan antara kewajiban dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan modal perusahaan itu sendiri dalam memenuhi seluruh kewajiban perusahaan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deksriptif. Menurut Nazir (2003:71) metode penelitian deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa. Sesuai dengan perumusan masalah yang ada mengenai analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, maka dapat diketahui bahwa jenis penelitian ini adalah analisis deskriptif, sehingga penelitian ini tidak menggunakan uji hipotesis melainkan pendeskripsian informasi dan analisis sesuai dengan kondisi yang diteliti kemudian mengiterpretasikan.
Populasi atau objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan pertambangan Batubara yang telah terdaftar sebagai perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia, dengan menggunakan laporan keuangan sebagai dasar penelitian untuk membedakan rasio keuangan yang terjadi pada perusahaan pada tahun 2012-2016. Penentuan anggota sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode purposive sampling. Metode purposive sampling   adalah   teknik  penentuan   sampel   dengan   kriteria   tertentu.   Dalam penelitian ini peneliti mempunyai pertimbangan bahwa sampel yang diambil memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:
Perusahaan Batubara yang terdaftar di Bursa efek Indonesia sampai tahun 2017.

Perusahaan  Batubara  yang menerbitkan  laporan keuangan  lengkap  dari tahun 2011-2015.
Adapun perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah:
1. PT. Adaro Energy Tbk 
2. PT. Atlas Resources Tbk 
3. PT. Bayan Resources Tbk 
4. PT. Bumi Resources Tbk 
5. PT. Darma Henwa Tbk 
6. PT. Delta Dunia Makmur Tbk 
7. PT. Bukit Asam (Persero) Tbk
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa laporan keuangan perusahaan dari tahun 2011 sampai dengan 2015. Dikatakan kuantitatif karena pengolahan data yang berbentuk angka-angka, dalam hal ini adalah data dari laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan laba rugi yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia.
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan atau diperoleh dari dokumen-dokumen  atau arsip-arsip perusahaan secara literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian Pengumpulan data sekunder yang digunakan pada penelitian ini diperoleh di Bursa Efek Indonesia berupa laporan keuangan perusahaan  yang menjadi sampel penelitian  selama 5 tahun terakhir, yaitu tahun 2012 sampai tahun 2016.

Daftar Pustaka
[1] Keown, et al. (2005), Financial Management Principles and Application, 10th Edition, Pearson
[2] Berk, J. De Marzo, P., dan Harford, J. (2015), Fundamentals of Corporate Finance, 3th
Edition. Pearson Global Edition
[3] Vance, David E., (2003), Financial Analysis & Decision Making, McGraw-Hill
[4] Riyanto, Bambang, 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4 Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
[5] Soetjipto, Kery (2000), Analisis Pengaruh Akuntansi Tingkat Harga Umum Terhadap Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laba Ditahan, Dan Rasio Keuangan, JA/FE Untar, Th.IV/01/2000/Edisi Khusus Penelitian.
[6] Munawir. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Jogjakarta
[7] http://www.adaro.com/  diakses tanggal 7 April 2018
[8] http://www.atlas-coal.co.id/  diakses tanggal 7 April 2018
[9] http://www.bayan.com.sg/index.php/en/ diakses tanggal 7 April 2018
[10] http://www.ptba.co.id/en  diakses tanggal 7 April 2018
[11] http://www.bumiresources.com diakses tanggal 7 April 2018
[12] http://www.ptdh.co.id/ diakses tanggal 7 April 2018
[13] https://www.deltadunia.com/  diakses tanggal 7 April 2018